Kamis, 27 Agustus 2015

Chapter Report Filsafat Pendidikan




CHAPTER REPORT FILSAFAT: METAFISIKA
(HAL ADA DAN YANG ADA)
BUKU
PENGANTAR FILSAFAT
Sistematika Filsafat, Sejarah Filsafat, Logika dan Filsafat Ilmu
(efistimologi), Metafisika dan Filsafat Manusia Akseologi.
Oleh :Prof. Dr. Sutardjo A. Wiramiharja, Psi.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Tinjauan Umum Dan Identitas Chapter
       Metafisika adalah bagian Filsafat yang membahas hakikat “ada” dan “yang ada”, hal “yang ada” dibahas dalam metafisika umum yang disebut dengan ontology, sedangkan “yang ada” merupakan perbincangan filsafat yang tergolong dalam metafisika khusus.
     Chapter Report ini berhubungan dengan tema “hal ada dan yang ada” dan apa arti ada, dalam kalimat tersebut menunjuk pada pengertian yang sama atau tidak dengan ada yang lain? Misalnya, seorang mahasiswa yang hadir saat perkuliahan jadi ontology mempersoalkan adanya sesuatu yang ada, sedang metafisika khusus mempersoalkan yang ada.
      Dipandang dari sudut logika, apakah ada itu? Pertanyaan tersebut tidak mungkin mendapatkan jawaban karena dalam batasan atau definisi harus terdapat pengertian yang lebih tinggi (genus proximum) dan ciri khas terhadap yang didefinisikan (differentiae specificae,khusus, particular, khas dan specific).

1.2. Identitas Chapter
       Sebagai bahan referensi dan identitas dari buku yang akan penulis uraikan dalam laporan Chapter ini merupakan salah satu chapter yang ada dalam buku Pengantar Filsafat (Sistematika Filsafat, Sejarah Filsafat, Logika dan Filsafat Ilmu (Epistemologi), Metafisika dan Filsafat Manusia ( Akseologi) yang ditulis oleh Prof. Dr. Sutardjo A. Wiramihardja, Psi.
    Buku ini terdiri dari 6 bab yaitu : Bab.I.Pengertian Dasar, Bab. II. Permasalahan Filsafat, Sistematika Filsafat atau Filsafat Sistematis, Bab. III. Sejarah Filsafat, Bab. IV.Epistimologi atau filsafat Ilmu, Bab.V. Metafisika (Hal ada dan yang ada), Bab. VI.Akseologi, buku ini menjelaskan tentang berbagai pengetahuan mengenai filsafat untuk kepentingan berbagai pihak terutama bagi dunia pendidikan.
         Chapter  Report yang akan dibahas dalam laporan ini adalah, chapter V. Metafisika (hal ada dan yang ada) halaman 131 sampai dengan halaman 145, laporan Chapter ini dikaji sebagai pengembangan pengetahuan penulis dalam memahami bagaimanakah metafisika dalam khasanah pengetahuan keilmuan dan pendidikan yang merupakan bagian dari filsafat secara terperinci dan ilmiah.

1.3.Pokok Bahasan
Setelah mengidentifikasi buku yang akan dilaporkan ini, maka dapat dirumuskan permasalahan yang berkaitan dengan metafisika, berikut ini adalah beberapa pokok pembahasan yang akan dibahas dalam laporan ini yaitu :
1.      Masalah yang berkaitan dengan pokok filsafat manusia.
2.      Berbagai aliran (mazhab) dalam antropologi filsafat, seperti :
a.       Idialisme
b.      Materialisme
c.       Positivisme
d.      Vitalisme

1.4. Tujuan
            Tujuan umum penulisan laporan chapter ini adalah sebagai tugas mata kuliah Filsafat, adapun tujuan khususnya adalah untuk menambah wawasan mahasiswa dalam kajian teoritis berdasarkan literature mengenai filsafat khususnya mengenai Metafisika, pemahaman dalam pembahasan ini diharapkan akan meningkatkan daya analisis dan sintesis  mahasiswa sehingga memahami bagaimanakah metafisika (hal ada dan yang ada). Selanjutnya pembahasan akan dibahas pada Bab.II dan diakhiri dengan kesimpulan pada Bab. III.

BAB. II
DESKRIPSI ISI CHAPTER
METAFISIKA (HAL ADA DAN YANG ADA)

          Menurut “Craig” metafisika adalah daerah filsafat yang luas yang menampilkan dua tipe pertanyaan. Tipe tujuan pertama adalah yang paling umum yang menyangkut realitas pertanyaannya, “apakah prinsip-prinsip yang dipakai untuk segala hal berlaku pula untuk setiap hal yang ada?”.Tipe pertanyaan kedua berupaya untuk mengungkapkan “apakah yang menjadi ciri utama kenyataan?Hal ini sering mengakibatkan pertentangan dengan kehidupan dunia sehari-hari. Dapat penulis pahami bahwa metafisika adalah bagian dari filsafat yang membahas hakikat “ada” dan”yang ada”. Hal “ada” dibahas dalam metafisika umum yang disebut ontology, sedangkan “ yang ada” merupakan perbincangan filsafat yang tergolong dalam metafisika.
            Menurut Craig ada 2 jenis metafisika, yaitu metafisika umum (general metaphysics) atau ontology dan metafisika khusus (specific metaphysics), metafisika umum merupakan setiap usaha, baik yang bersangkutan dengan dirinya sendiri (itself using) maupun investigasi, konsep tentang mengada dan eksistensi. Metafisika khusus adalah metafisika yang timbul dalam referensi untuk masalah yang khusus. Masalah ada karena tidak dapat didefinisikan, dikenali melalui metafisika khusus  atau yang ada. Cara berfikirnya boleh jadi untuk mengenal Tuhan, yaitu melalui penciptaan-Nya.
               “Langeveld” membagi metafisika khusus menjadi beberapa bagian filsafat yakni :
1.    Kosmologia atau filsafat alam yaitu bagian filsafat yang membicarakan hakikat alam dan segala hal yang merupakan bagian yang ada didalamnya kecuali manusia.
2.     Antropologia atau filsafat Manusia yaitu bagian filsafat yang membicarakan tentang hakikat manusia.
3.      Theodecea atau filsafat Tuhan dan ketuhanan yaitu bagian filsafat yang membicarakan asal mulanya keberadaan Tuhan sampai pengabdian terhadap Tuhan.
              Sistematika filsafat antropologi telah lama dimulai, misalnya oleh Max Scheller dan Martin Buber yang menyatakan ada tiga hubungan manusia yang pokok yaitu:
-          Hubungan  manusia dengan alam semesta dan semua benda
-          Hubungan sesama manusia dengan manusia
-          Hubungan manusia dengan sesuatu yang mutlak, misalnya Tuhan.

A.    Masalah-masalah Pokok Filsafat Manusia
       Menurut Max Scheller dan Martin Buber ada beberapa pokok filsafat manusia yakni:
1. Apakah manusia itu menghubungi benda atas dasar nilai kegunaan atau nilai keindahan, atau nilai lainnya?
2. Apakah manusia memandang dirinya sebagai hasil suatu evolusi ataukah ia memandang dirinya memiliki perbedaan hakiki dengan hewan?
3.    Apakah perbedaan hakiki manusia dengan hewan?
4.   Apakah hanya manusia saja yang berpikir, malu, sedih, menemukan sesuatu, memiliki keinginan bebas dan berkemauan bebas?.
5.    Apakah manusia memandang manusia lain sebagai objek atau sebagai subjek individu atau kelompok.
6.    Apakah manusia  merupakan makhluk yang tunduk pada hak-hak kosmos pada instansi yang lebih tinggi, Tuhan, Ketuhanan, ataukah ia bersifat otonom (otonom x heteronom).
7.    Apakah tujuan hidup manusia? Apakah manusia sebagai makhluk yang senantiasa menjadi “warden”, yaitu mengaktualisasikan diri selama kehidupannya? Lalu apa makna kematian menurut manusia.
    Martin Buber dalam bukunya “das problem des menschen” mengemukakan bahwa pada abad ke 20 banyak masalah yang berkaitan dengan manusia sosiokultural, menurut  pemikirannya antara lain :
1.   Dunia Teknik berkembang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan alam pada abad ke-19 ketergantungan manusia pada mesin dan ketidak berdayaan manusia ketika alat atau mesin yang kita gunakan rusak.
2.      Dunia Ekonomi tidak menunjukkan adanya keseimbangan antara produksi, konsumsi dan distribusi.
3.     Dunia politik tidak dapat dikuasai (dunia kompromi) politik berubah makna dari upaya memberikan kesejahteraan kepada masyarakat menjadi upaya untuk menguasai dan  memberdayakan orang lain demi kepentingan politik atau golongan penguasa.

B.     Berbagai Aliran (Mazhab) dalam Antropologi Filsafati.

     Antropologi Falsafiah berbeda dengan antropologi ilmiah, antropologi ilmiah meliputi antropologi fisikal, sosial, dan kultural yang mempersoalkan data empiris tertentu sesuai dengan jenisnya seperti data empiris fisikal, data empiris sosial dan data empiris kultural.
   Antropologi Falsafiah berusaha menyingkap hakikat manusia sebagai keseluruhan dan sebagai totalitas dalam bentuk hakikatnya, dengan tidak menyampingkan data empiris tentang manusia, antropologi filsafati mengikuti dengan seksama pertautan ilmu-ilmu empiris tentang manusia.Penyadaran tentang hakikat manusia dapat mempengaruhi penafsiran data empiris tersebut. Menurut Martin Buber Metafisika terdiri dari 2 yaitu :
1.      Metafisika Umum (general methapysics)
2.      Metafisika Khusus (specific methapysics), dan metafisika khusus terdiri dari tiga yakni:
a.  Kosmologia merupakan bagian metafisika khusus yang membicarakan tentang hakikat alam semesta.
b.    Antropologia merupakan bagian yang membicarakan masalah hakikat manusia.
c.  Teologia/theodecege merupakan bagian metafisika khusus yang membicarakan hakikat Tuhan
     Sebagai disiplin filsafati E.Wolff mengajukan kosmologia rasional sebagai cabang yang disebut metafisika khusus, yaitu cabang yang  memberikan gambaran umum univers fisikal yang dikenal secara apriori. Theodecae (theodicy) membicarakan mengenai  kebaikan, keadilan, kebijaksanaan, serta kesucian lainya yang tidak tertandingi, ada 3 mazhab utama yang secara mendasar membicarakan hakikat manusia yaitu, Idialisme, Materialisme dan Vitalisme, berikut diuraikan mengenai ketiga mazhab tersebut :

1.      Idialisme
             Menurut Plato, idealisme memandang roh sebagai kenyataan sejati, idealisme disebut juga dengan spiritualisme, manusia sebagai makhluk rohani disebut juga sebagai makhluk rasional (animal rationale). Manusia sebagai makhluk berbudi atau rohani yang berbudaya.
       Seperti dunia norma atau nilai dan roh yang meliputi norma-norma itu menunjukkan aspek-aspek rasionalitas ,estetis dan relegius sehingga dikenal idealism rasional, idealismetis, idealism estetis dan idealism religious. Idealisme  rasional adalah kesanggupan untuk berpikir. Aristoteles (380-322 SM) menggolongkan jiwa Vegetatif, animal dan human kedalam jiwa manusia. Sedangkan menurut Descartes (1596-1650), “cogito engo sum” yang berarti bahwa hakikat saya sebagai manusia adalah berpikir.Menurut Hegel (1770-1831) arti, makna atau nous bukanlah sesuatu yang dimiliki tiap-tiap manusia, tapi manusia menjadi alat nous yang meliputi seluruh alam semesta.    Idelisme estetis memandang perasaan sebagai hakikat manusia. Menurut Plato (427-347 SM) manusia dengan erosnya senantiasa menuju pada idea-idea yang bersifat rohani sedangkan Agustinus (354-430) memandang tuhan sebagai roh yang menciptakan idea-idea tersebut.

2.      Materialisme
           Ludwig feueurbach mengemukakan pendapatnya, bahwa baik pengetahuan maupun tindakan berlaku adagium, artinya terimalah dunia yang ada, bila menolak agama/ metafisika.Aliran materilisme membatasi kenyataan sejati pada dunia materi.Segala sesuatu, yaitu kehidupan jiwa dan roh dikembalikan pada materi.
           Menurut August Comte, orang harus memandang pandangan itu sebagai materialism apabila yang lebih luhur, yakni lebih kompleks dijabarkan daripada  yang lebih rendah atau bersahaja.      Pandangan Demokritos sebagai ahli filsafat tergolong pandangan yang pertama dalam materialisme yang menggambarkan sifat mekanistis dan deterministis.Deterministis adalah aliran berpikir yang berpendapat, bahwa segala sesuatu itu telah dan dapat ditentukan sebelumnya, oleh karena itu pada determinisme tidak ada kemungkinan tetapi yang ada adalah suatu keharusan.
   Holbach (1715-1771) dalam “ systeme dela nature” (susunan alam), menolak dualismDescartes dan menuntut materialisme, kenyataan material adalah yang bergerak, ia mengemukakan bahwa manusia juga merupakan bagian dari mekanisme yang ada dalam system ini, ia juga menyatakan tidak ada tempat bagi tuhan, kehidupan berada dalam wujud yang bebas serta nilai kesusilaan, pendapat ini tentu dalam pandangan modern sangat bertentangan dengan tata nilai dan norma keagamaan terutama dikaitkan dengan nilai relegius yang berkembang, namun pendapat tersebut sah-sah saja jika dikaitkan dengan pembicaraan filsafat.          
         Jacob Mollescholt (1822-1893) seorang tokoh materialisme ilmiah yang populer untuk adad ke-19, pendapatnya “ohnephosphor keine gedenken” yang bermakna bahwa kita tidak akan dapat berpikir tanpa otak, dianggap sangat ilmiah dan masuk akal dalam kaidah filsafat.

3.      Positivisme
      Ada beberapa pengertian positivism yang pertama Positivisme legal ialah suatu teori bahwa hukum negara berdasarkan pada keinginan pemilik kekuasaan tersebut, bahwa legeslasi dan pengawasan otoritas atas keputusan yudisial. Kedua positivisme moral atau positivism moral teologis, yang dikenal dengan nama Voluntarisme Theologis, yakni teori yang mengemukakan bahwa perintah arbitrer tuhan melakukan tindakan-tindakan tertentu tentang benar dan salah, ketiga Filsafat Postitivisme dimulai dengan Auguste Comte dengan filsafat positif dan positivism yang berhasil merancang pandangan modern tentang kehidupan dan ilmu serta penolakan supertisi, religi dan metafisika sebagai bentuk pikiran pra-ilmiah.Salah satu yang berorientasi pada ilmu pengetahuan alam, tetapi menolak metafisika, yaitu positivism sebagaimana di kemukakan ole August Comte hendaknya kita memandang gejala itu sebagai sesuatu yang tunduk pada hukum alamiah yang menetap atau yang mutlak

4.      Vitalisme
       Vitalisme adalah aliran metafisika yang mengharuskan daerah ontis dunia organis (alam hidup) yang memandang kehidupan sebagai kenyataan sejati satu-satunya. Vitalisme secara umum diartikan sebagai pandangan bahwa pemahaman terhadap kehidupan menuntut keterangan dasar yang menyangkut perbedaan substansi dan kekuatan-kekuatan yang dkenal dalam ilmu-ilmu fisik terhadap kekuatan hidup yang khusus.
   Nietzche (1844-1900) pernah disebut sebagai bapak vitalisme, menurut Nietzche kenyataan sejati adalah kehidupan, jika menurut Schopenhauer untuk mencapai kebahagian orang harus meniadakan nafsunya, hendaknya menerima kenyataan dan meniadakan dorongan hidup hal ini disebut dengan amorfati, yakni kerinduan terhadap hasil.Pada saat itu Nietzche yang sedang menimba ilmu Leipzig menentang pesismisme Schopenhauer.
 Freud, Adler dan Jung, mengembangkan pemikiran tersebut, Adler mempersoalkan tentang dorongan kekuasaan, Uebermench yang dicita-citakan Nietzche dilihatnya telah dicapai oleh bangsa arya, namun tidak memandangnya terbatas pada  bangsa Jerman, seperti dalam Naziisme, sebagaiman tercantum dalam karangan Alfred Rosenbergder Mythos desZwanzigsten Jahrhundrets” ia seorang pengarang intelektualisme, bahwa bukan hanya bangsa tapi biologis juga mempengaruhi perkembangan manusia.
    

BAB. III
KESIMPULAN

Filsafat hingga saat ini masih dianggap dari berbagai sudut pandang yang berbeda dan terkadang diterapkan secara tidak tepat terutama oleh kaum awam, sebagian berpandangan bahwa filsafat sebagai suatu ilmu yang luar biasa yang sangat tinggi kedudukannya, yakni jauh lebih tinggi dari apa dimaksud sebelumnya. Berdasarkan hal tersebut filsafat menjadi sebuah wacana atau ilmu pengetahuan yang hanya mungkin dilakukan dan dipahami oleh orang-orang yang memiliki keunggulan intelektual serta kebijaksanaan yang sangat tinggi, jadi dalam pemahaman ini orang biasa belum tentu dapat berfilsafat, persepsi ini menempatkan filsafat sebagai pemikiran yang terlalu abstrak dan tidak membumi untuk dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, pada umumnya penilaian terhadap hal tersebut tidak mempunyai manfaat praktis. Pada kenyataan yang sebenarnya filsafat merupakan hal ikhwal dari semua ilmu pengatahuan yang ada dan filsafatlah yang melahirkan bidang-bidang keilmuan yang ada.

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar