BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Kebijakan pendidikan tinggi di
Indonesia secara umum diharapkan mampu menyesuaikan diri dengan perubahan yang
terjadi di tengah masyarakat. Dapat dipastikan bahwa pada masa yang akan datang
ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi sumber penggerak utama kemajuan
kehidupan masyarakat. Kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi diharapkan dapat meningkatkan kemampuan masyarakat
untuk mengatasi masalah-masalah yang terjadi. Dalam kondisi seperti ini
pendidikan tinggi dituntut memiliki sumber daya manusia yang berkualitas tinggi dan profesional, agar mampu meningkatkan mutu
kinerjanya secara berkelanjutan, sehingga dalam menjalankan misi utamanya dapat
menciptakan sumber daya manusia bermutu yang mampu bersaing dengan sumber daya
manusia negara lain.
Pendidikan tinggi juga berharap agar sumber
daya manusia mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi handal yang
sangat diperlukan untuk membangun masa depannya, serta mampu berpartisipasi
bersama masyarakat membangun bangsa dan negara melalui pengalaman berbagai
ilmu, budaya, seni dan teknologi untuk mengatasi segala kendala dan masalah
yang ada.
1
|
Semakin
tinggi pendidikan yang dimiliki oleh suatu masyarakat, maka semakin
majulah bangsa tersebut. Kualitas
pendidikan tidak hanya dilihat dari segi kelengkapan fasilitas pendidikan yang tersedia, tetapi sejauh mana
lulusan suatu pendidikan dapat membangun manusia yang paripurna sebagaimana
tahapan pendidikannya.
Pada hakikatnya pendidikan yang
menyumbang terhadap pembangunan bangsa adalah pendidikan formal, pendidikan
non-formal, dan pendidikan informal. Ketiga jalur tersebut merupakan trilogi
pendidikan yang secara sinergis membangun bangsa melalui pembangunan sumber
daya insani dari tidak tahu menjadi tahu, dari tahu menjadi terampil, dan dari
terampil menjadi ahli.
Sumbangan
pendidikan terhadap pembangunan suatu bangsa tentu bukan hanya sekedar
penyelenggaraan pendidikan, tetapi pendidikan yang bermutu, baik dari sisi input, proses, out put, maupun out come.
Input pendidikan yang bermutu adalah dosen-dosen yang bermutu, peserta didik
yang bermutu, kurikulum yang bermutu, fasilitas yang bermutu, dan berbagai
aspek penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Proses pendidikan yang bermutu
adalah proses pembelajaran yang bermutu. Output
pendidikan yang bermutu adalah lulusan yang memiliki kompetensi sedangkan outcome pendidikan yang bermutu adalah
lulusan yang mampu melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih
tinggi.
Pendidikan
saat ini, dihadapkan pada berbagai tantangan baik nasional, maupun
internasional, tantangan nasional muncul dari dunia ekonomi, sosial, budaya, politik
dan keamanan. Sementara tantangan dunia internasional menunjukkan bahwa Indonesia
saat ini akan menghadapi berbagai persaingan global, seiring dengan
berlangsungnya globalisasi, khususnya dalam perdagangan. Selain globalisasi,
perkembangan teknologi informasi juga menjadi tantangan besar bagi bangsa
Indonesia. Pemecahan masalah nasional dan pemenangan persaingan global ini
menuntut dimilikinya sumber daya manusia yang kompeten dibidangnya dan disertai
juga dengan akhlak yang mulia, karena jawaban untuk tantangan nasional dan
internasional adalah pendidikan yang bermutu yakni kunci untuk membangun manusia
yang kompeten dan beradab. Sumber daya
manusia mempunyai peranan yang sangat besar dalam semua aspek pembangunan suatu
bangsa. Meskipun sarana dan prasarana cukup memadai, akan tetapi jika tidak
disertai pengelolaan yang profesional maka sarana dan prasarana tersebut tidak
akan terlalu banyak berarti bagi penunjang dalam proses pembelajaran.
Lembaga
tinggi sebagai salah satu institusi pendidikan merupakan lembaga yang bertugas
untuk membangun peserta didik agar sanggup memecahkan masalah nasional (internal) dan internasional (eksternal), dalam hal ini lembaga pendidikan
tinggi juga diharapkan agar mampu, meningkatkan misi Tri Darma Perguruan Tinggi dengan meningkatkan mutu pendidikannya,
karena perguruan tinggi merupakan satu-satunya institusi pokok yang berfungsi
untuk menghasilkan sumber daya manusia yang handal serta berkualitas di antaranya
adalah dengan manajemen lembaga pendidikan tinggi yang mengutamakan mutu dan profesional
dosen, sehingga kinerja dosen dapat ikut
meningkatkan mutu suatu lembaga pendidikan.
Salah
satu penyebab rendahnya mutu pendidikan adalah karena belum terlaksananya
manajemen pendidikan secara professional di lembaga-lembaga pendidikan tinggi.
Agar semua subsistem berjalan dan berproses dengan baik, maka perlu ditata
secara profesional. Profesional di bidang pendidikan memerlukan syarat-syarat
pendidikan, keilmuan, teknologi dan seni sampai mencapai tingkat tertentu sehingga
dapat memenuhi standar. Jika mutu lulusan yang akan ditingkatkan, maka yang
perlu ditata adalah sistem pengajaran, calon mahasiswa yang akan masuk, dosen,
kurikulum, serta sarana dan prasarana sebagai penunjang proses belajar
mengajar.
Pada
beberapa lembaga tinggi, upaya untuk meningkatkan mutu dosen belum terlalu
maksimal, sehingga didapati kurangnya mutu dan dosen professional di beberapa
perguruan tinggi, hal ini tentunya berdampak pada mutu lulusan yang dihasilkan
oleh lembaga pendidikan tinggi tersebut.
Untuk itu upaya untuk
meningkatkan mutu dan profesional dosen adalah dengan memberikan
kesempatan untuk mengembangkan profesinya,
melalui berbagai cara diantaranya, pelatihan, dan mengikuti pendidikan
lanjutan kejenjang yang lebih tinggi. Permasalahan yang sama
juga dihadapi oleh STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah sebagai salah satu lembaga
pendidikan tinggi, yang bernaung dibawah yayasan Muhammadiyah, namun juga tidak
terlepas dari sistem Pendidikan
Nasional. STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah telah berupaya untuk meningkatkan mutu
dan dosen yang profesional, namun dalam proses pelaksanaannya masih mengalami sedikit hambatan, yang masih memerlukan
pengelolaan manajemen yang berorientasi pada kualitas yang berkelanjutan dan
persamaan visi dan misi tentang perguruan tinggi, maka hal yang sangat mendesak
dilakukan adalah meningkatkan kualifikasi pendidikan dan kompetensi dosen.
Untuk
menjalankan roda organisasi pada STKIP
Muhammadiyah Aceh Tengah maka secara manajerial hubungan antara atasan
dengan bawahan dan spesialisasi
kerja dilihat dari struktur organisasi dan kepemimpinan yang ada yakni terdiri
dari, Yayasan, BPH, Senat, Puket I, Puket II dan Puket III, Ketua Prodi,
Sekretaris Prodi, KTU serta Staff Tata usaha/Akademik.
Organisasi
STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah berada di bawah naungan Yayasan Muhammadiyah dalam
hal ini Pimpinan Daerah Muhammadiyah Aceh Tengah, ketua STKIP Muhammadiyah Aceh
Tengah berada di bawah Badan Pembina Harian (BPH) dan selalu berkoordinasi dan
berkonsultasi dengan Senat STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah, Ketua STKIP
Muhammadiyah Aceh Tengah dibantu oleh tiga orang Pembantu Ketua yakni Ketua I,
Ketua II, dan Pembantu Ketua III. Dibawah Pembantu Ketua terdapat Ketua Prodi
dan Sekretaris Prodi, Kepala Tata Usaha bertanggung jawab kepada Ketua dan
membawahi subbag Akademik dan Umum, subbag Kepegawaian dan Bendahara Umum, dan
Subbag Kemahasiswaan, alumni dan perlengkapan, selanjutnya Dosen dan Tenaga
Kependidikan lainnya yang bertanggung jawab langsung pada Pembantu
Ketua I bidang Akademik.
Salah
satu unsur pelaksana akademik yang sangat berperan dan sangat penting dalam
menunjang pelaksanaan fungsi lembaga perguruan tinggi dalam melaksanakan
kegiatan pendidikan dan pengajaran adalah dosen, selain pendidik dan tenaga
pendidik dosen juga berfungsi sebagai
perencana dan penyelenggara program-program perguruan tinggi tersebut. Dosen
memegang peran yang teramat penting terhadap kualitas dan kuantitas tenaga
akademik.
Strategi manajemen sumber daya manusia
sangat penting untuk dilakukan setiap perguruan tinggi, dengan melaksanakan
manajemen yang baik akan dapat memberikan pelayanan akademik yang terbaik bagi
mahasiswa, dapat mengelola program dan sumber daya yang di miliki secara
optimal, dapat meningkatkan kualitas berkelanjutan akan lebih jelas, terarah
dan mudah dilaksanakan serta perguruan tinggi akan mampu dan siap memasuki era
kompetensi secara nasional dan internasional.
Untuk mewujudkan
hal tersebut dibutuhkan sistem pendidikan yang mampu menghasilkan lulusan yang
memiliki kesesuaian dengan masyarakat lokal melalui pendidikan sebagai tanggung
jawab masayarakat. Mengacu kepada aspek mutu dosen mulai direkrut dosen, administrasi
dosen dan kesejahteraan dosen, hal ini sangat mempengaruhi terhadap mutu
pelaksanaan tri darma perguruan tinggi. Dalam pelaksanaan pengajaran masih ada dosen
yang tidak mempersiapkan satuan acuan pembelajaran dan dalam proses belajar
mengajar masih ada dosen yang mengajar belum sesuai dengan silabus.
Dalam hal ini peneliti ingin mengarahkan
sasaran pada aspek strategi manajemen sumber daya manusia berdasarkan asumsi
bahwa fungsi manajemen pendidikan tinggi adalah merancang, melaksanakan, dan
mengevaluasi faktor-faktor tersebut untuk mengembangkan mutu sumber daya
manusia sebab pengembangan perguruan tinggi secara kualitatif erat kaitannya
dengan adanya jaminan terhadap mutu sumber daya manusia.
Dalam hal manajemen yang baik akan mampu
menata situasi dan kondisi yang menguntungkan bagi dosen dan sebaliknya
manajemen yang buruk akan menjadi bahan dan potensi yang baik akan menjadi
buruk. Oleh sebab itu sikap pimpinan perguruan tinggi sebagai motor manajemen
dalam hal ini amat menentukan mutu sumber daya manusia, karena itulah penulis
ingin mencoba mendeskripsikan startegi
manajemen sumber daya manusia di STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah melalui
penelitian yang komprehensif.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah
yang akan diteliti adalah bagaimana Strategi Manajemen Sumber Daya Manusia STKIP
Muhammadiyah Aceh Tengah?
C.
Tujuan
Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.
Tujuan umum penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan
untuk mendapatkan gambaran tentang penerapan manajemen sumber daya manusia pada STKIP
Muhammadiyah Aceh Tengah.
2.
Tujuan khusus
penelitian ini adalah untuk mengungkapkan :
a.
Proses rekrutmen sumber
daya manusia STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah.
b.
Proses penempatan
sumber daya manusia STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah.
c.
Pembinaan mutu sumber
daya manusia STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah.
d.
Hambatan-hambatan yang
dihadapi STKIP Muhammadiyah
D. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan masalah diatas maka yang
menjadi pertanyaan penelitian adalah:
1.
Bagaimanakah proses rekrutmen
sumber daya manusia pada STKIP
Muhammadiyah Aceh Tengah?
2.
Bagaimanakah proses penempatan
sumber daya manusia STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah?
3.
Bagaimanakah pembinaan sumber daya
manusia STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah?
4. Apakah hambatan-hambatan yang
dihadapi STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah dalam mengelola sumber daya manusia?
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat secara
teoretis dan praktis. Manfaat tersebut antara lain:
1.
Secara Teoretis
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk pengembangan ilmu administrasi
pendidikan khususnya dalam manajemen sumber daya manusia perguruan tinggi, dalam
aspek pengembangan personal.
2.
Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian ini diharapkan
dapat memberi manfaat bagi pihak-pihak yang terkait dengan
lembaga pendidikan tinggi antara
lain :
a. Pimpinan STKIP
Muhammadiyah Aceh Tengah dalam menyusun perencanaan dan menentukan kebijakan
sehubungan dengan peningkatan mutu sumber daya manusia.
b. Ketua prodi/sekretaris
prodi dalam mengatur pelaksanaan mata kuliah dalam kaitannya dengan
peningkatan mutu sumber daya manusia.
c. Dosen sebagai tenaga
akademik yang sangat menentukan dalam keberhasilan lembaga pendidikan tinggi,
terutama yang berkaitan dengan kemampuan dosen itu sendiri dalam pelaksanaan
tugas sebagai tenaga pengajar.
d. Pengurus yayasan untuk
dijadikan sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan kualitas
penyelenggaraan perguruan tinggi yang diselenggarakannya, khususnya tenaga
akademiknya.
F. Penelitian Terdahulu
yang Relevan
Sebagai dasar acuan yang berupa
teori-teori atau temuan-temuan melalui hasil berbagai penelitian sebelumnya merupakan hal yang
sangat bermanfaat dan berguna untuk dijadikan sebagai data pendukung. Salah
satu data pendukung menurut peneliti yang perlu dijadikan sebagai bagian
tersendiri adalah penelitian terdahulu yang relevan dengan permasalahan yang
sedang dibahas dalam penelitian ini.
Dalam hal ini, fokus penelitian
terdahulu yang dijadikan acuan terkait dengan masalah strategi manajemen sumber
daya manusia, oleh karena itu, peneliti melakukan langkah kajian terhadap
beberapa hasil penelitian berupa tesis. Penelitian ini merujuk pada
penelitian-penelitian terdahulu yang relevan antara lain adalah sebagai berikut
:
1.
Asiah, Nur (2013) dalam
penelitiannya menemukan bahwa:
a. Perencanaan
program strategi pengembangan dosen disusun berdasarkan rapat kerja tahunan
yang tertuang dalam rencana strategi 5 tahun. Perencanaan yang disusun
meliputi: Pengiriman studi lanjutan bagi dosen, program pelatihan dalam
menunjang kemampuan akademik dosen, lokakarya yang berkaitan atau relevan bagi
dosen, pengiriman pelatihan singkat dan kegiatan-kegiatan seminar.
b. Strategi
yang digunakan meliputi bidang pendidikan: peningkatan kemampuan dalam
mengajar, pelatihan TIK, pelatihan bahasa asing, pemberian beasiswa S2 untuk
dosen, mengirim dosen dalam kegiatan seminar yang sesuai dengan kebutuhan
pengembangan dosen.
2.
Ermanita, Roslina
(2012) dalam hasil penelitiannya mengatakan bahwa :
a. Strategi pengembangan
dosen pada Unsyiah, diprioritaskan melalui kegiatan rekrutmen, promosi profesor
dan studi lanjut dari S1 ke S2 dan kejenjang S3.
b.Program pengembangan
dosen dilaksanakan melalui mekanisme monitoring, evaluasi umpan balik yang
terus menerus, untuk mengetahui ada tidaknya keseimbangan antara biaya yang
dikeluarkan dengan derajat mutu yang dihasilkan dari semua produk universitas.
c.
Evaluasi dilakukan
secara berkala dan berkelanjutan melalui mutu input, proses, dan out put.
d.
Faktor pendukung
pengembangan sumber daya dosen pada Unsyiah adalah penataan anggaran yang
sesuai dan tepat sasaran, penetapan
kebijakan menunjukkan adanya komitmen dalam pelaksanaan program sesuai
peraturan.
3.
Nuraidah (2012) hasil
penelitian nya antara lain sebagai berikut :
a.
Perencanaan
pengembangan dosen pada Akper Jabal Gafur telah disusun dan terdokumentasi
dalam rencana induk pengembangan (RIP) diantaranya meliputi bidang pendidikan
penelitian dan pengabdian masyarakat, tetapi dirumuskan secara operasional
dengan jelas.
b. Implementasi
pengembangan meliputi bidang pendidikan, shourt courses, seminar dan pelatihan.
c. Pengawasan dilakukan
oleh direktur sebagai pengawas melekat meliputi : pengamatan langsung, meminta
laporan dari setiap kegiatan pengembangan, memantau lewat mahasiswa dan tulisan
ilmiah dosen yang dimuat secara online.
4.
Hambali (2012) dalam
hasil penelitiannya mengatakan bahwa :
a. Dibidang pendidikan dan
pengajaran: pendidikan lanjut, pengurusan pangkat dosen, revisi silabus,
kerjasama dengan universitas lain, diskusi bulanan.
b.
Bidang penelitian:
mengadakan pelatihan dosen dan lomba karya ilmiah.
c. Pengabdian masyarakat:
pembinaan desa teladan, penceramah, khatib jum’at, supervisor KPM.
Pelaksanaan
program pengembangan dosen fakultas Ushuluddin dalam pendidikan dan pengajaran
berjalan sebagaimana terprogram. Sementara pengabdian masyarakat secara
kelembagaan belum maksimal, meskipun secara pribadi dosen fakultas Ushuluddin
melakukan pengabdian masyarakat.
Berdasarkan
penelitian tersebut diatas maka diperoleh kesimpulan umum bahwa terdapat faktor
yang mempengaruhi implementasi manajemen
dosen, yakni kepemimpinan, sumber daya manusia dan strategi implementasi manajemen.
BAB
II
STRATEGI
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
A.
Pengertian
Manajemen Sumber Daya Manusia
Banyak definisi tentang manajemen sumber daya
manusia yang intinya sama yaitu kebijaksanaan dalam mengelola sumber daya
manusia yang ada pada suatu organisasi untuk mencapai suatu tujuan, yang
termasuk dalam kegiatan manajemen sumber daya manusia dalam proses organisasi
pendidikan adalah perencanaan, rekrutmen, seleksi, penempatan, pelatihan dan
pengembangan. Menurut Marwansyah (2010:3) manajemen sumber daya manusia adalah “proses untuk membantu organisasi
dalam menjalankan upaya-upaya itu”.Dengan demikian, manajemen sumber daya manusia adalah organisasi yang
efektif dan mampu menemukan, mendayagunakan, mempertahankan, dan mengembangkan
manusia untuk mencapai hasil yang dicita-citakan.
Menurut Sikula (Marwansyah, 2010:3) “manajemen
sumber daya manusia adalah penarikan, seleksi, penempatan, indoktrinasi,
pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia (tenaga kerja) oleh dan didalam
sebuah perusahaan”.
Dengan kata lain manajemen sumber
daya manusia adalah manajemen yang diarahkan pada proses pemanfaatan potensi
manusia, yang memiliki kreativitas dalam mengembangkan keterampilannya.
Sementara Yuniarsih dan Suwatno mendefinisikan manajemen sumber daya manusia
adalah “serangkaian kegiatan pengelolaan sumber daya manusia yang memusatkan
kepada praktek dan kebijakan, serta fungsi-fungsi manajemen untuk mencapai
tujuan organisasi”.
13
|
Dengan kata lain
pengembangan sumber daya manusia merupakan prioritas utama dalam upaya
pelaksanaan berbagai kegiatan organisasi, karena unsur manusia merupakan
perencana dan pelaksanaan dalam proses organisasi, dan merupakan fungsi
administrasi personalia yang harus dilakukan. Barthos (2009:1) mengatakan
“manajemen sumber daya manusia mencakup masalah-masalah yang berkaitan dengan
pembinaan, penggunaan dan perlindungan sumber daya manusia yang baik yang
berada dalam hubungan kerja maupun usaha sendiri”.
Flippo (Usman,
2007:29) “merumuskan administrasi atau manajemen personalia merupakan: proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian dari pengadaan
tenaga kerja, pengembangan, kompensasi, integrasi, pemeliharaan dan pemutusan
hubungan kerja dengan maksud untuk mencapai tujuan atau sasaran perorangan dan
masyarakat”. Proses ini diharapkan mampu
menata situasi dan kondisi yang baik untuk menjamin mutu pelaksanaan tri darma
perguruan tinggi.
Hal ini sejalan dengan pendapat Notoatmodjo (2009:2) manajemen sumber daya manusia secara makro
adalah “suatu proses peningkatan kualitas atau kemampuan manusia dalam rangka
mencapai tujuan pembangunan bangsa”. Untuk menghasilkan kualitas lulusan yang
dihasilkan sesuai dengan visi dan misi maka hal yang perlu dilakukan adalah
membuat sebuah program sumber daya manusia dengan meningkatkan kualifikasi
pendidikan dan kommpetensi. Sedangkan sumber daya manusia menurut
Hikmat (2009:11) adalah “ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya
manusia yang secara efektif, yang
didukung oleh sumber-sumber lainnya dalam suatu organisasi untuk mencapai suatu
tujuan tertentu”. Fathoni (2006:10) mengemukakan yang dimaksud dengan manajemen
sumber daya manusia adalah “proses pengendalian berdasarkan fungsi manajemen
terhadap daya yang bersumber dari manusia”. Marwansyah (2010:3) mendefinisikan
manejemen sumber daya manusia adalah “proses
untuk membantu organisasi menjalankan upaya-upaya”. artinya manajemen sumber
daya manusia dianggap sebagai pendayagunaan sumber daya manusia untuk mencapai
tujuan-tujuan organisasi. Menurut
Hasibuan (2013:10) manajemen sumber daya
manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar
efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan, dan
masyarakat. Flippo (hasibuan, 2013:11)
mendefinisikan manajemen sumber
daya manusia adalah “personnel management
is the planning, organizing, directing and controlling of the , development,
compensation, integration, maintenance, and separation of human resources to
the end that individual, organizational and societal objectives are
accomplished”. (manajemen personalia adalah perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengendalian dari pengadaan, pengembangan, kompensasi,
pengintegrasian, pemeliharaan, dan pemberhentian
karyawan, dengan maksud terwujudnya tujuan perusahaan, individu, karyawan, dan
masyarakat). Sedangkan menurut Herawan dan Hartini (2012:231) manajemen sumber
daya manusia merupakan “serangkaian
sistem yang integrasi dan bertujuan untuk meningkatkan performansi sumber daya
manusia”.
Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat
disimpulkan, bahwa manajemen sumber daya manusia adalah kebijaksanaan dalam
mengelola sumber daya manusia yang termasuk dalam kegiatan manajemen sumber
daya manusia dalam organisasi pendidikan yakni perencanaan, rekrutmen, seleksi,
penempatan, pelatihan, dan pengembangan.
Selanjutnya mengenai tujuan strategi manajemen
sumber daya manusia adalah
memperbaiki kontribusi produktif orang-orang atau tenaga kerja terhadap
organisasi atau perusahaan dengan cara yang bertanggung jawab secara strategis, etis dan
sosial. Tujuan manajemen sumber daya manusia tidak hanya mencerminkan kehendak
manajemen senior, tetapi juga harus menyeimbangkan tantangan organisasi, fungsi
sumber daya manusia dan orang-orang terpengaruh. Kegagalan melakukan tugas itu
dapat merusak kinerja, produktifitas, laba, bahkan kelangsungan hidup
organisasi atau perusahaan.
Apabila organisasi merupakan suatu lembaga
pendidikan tinggi maka yang berwenang adalah rektor/ketua, pegawai, dosen,
mahasiswa, sampai pada masyarakat pengguna jasa lembaga tersebut ikut terlibat
baik langsung maupun tidak langsung. Dengan demikian keberhasilan tidak hanya
ditentukan oleh salah satu bagian dari sebuah organisasi, tetapi setiap bagian
yang ada dalam organisasi tersebut saling
menunjang dengan membentuk sebuah tim yang akan mendatangkan hasil yang diinginkan
organisasi. Bagaimanapun juga tujuan dari sebuah organisasi adalah pencapaian out put, untuk mencapai tujuan tersebut
harus memperhatikan mutu dari sumber daya yang ada, yaitu tenaga pendidik/dosen
yang merupakan tenaga profesional yang sangat menentukan dalam proses kegiatan
organisasi perguruan tinggi tersebut.
Dengan demikian jelas bahwa didalam
organisasi kedudukan dosen merupakan
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah perguruan tinggi. Dilihat pada posisinya, tampak jelas bahwa
dosen adalah bagian dari tenaga pendidik yang ditugaskan pada jenjang
pendidikan teratas dalam sistem pendidikan yaitu perguruan tinggi. Dipandang
dari segi fungsinya jelas bahwa dosen mengemban fungsi yang sangat penting,
dengan orientasi pembinaan sumber daya manusia dan pengembangan IPTEK.
Besarnya fungsi dosen dalam sebuah perguruan
tinggi sangat membutuhkan keahlian, kemampuan dan loyalitas yang tinggi. Untuk itu perlu disusun berbagai
upaya dalam meningkatkan mutu dosen dengan suatu strategi manajemen sumber daya
manusia yang baik.
B.
Peranan
Manajemen Sumber Daya Manusia
Setiap
organisasi lazimnya memiliki bagian pengelolaan sumber daya manusia, tetapi
apakah itu ditangani oleh seorang manajer sumber daya manusia atau tidak akan
tergantung pada kepentingannya. Kebanyakan perusahaan besar mengangkat seorang
wakil eksekutif yang khusus menangani pengelolaan sumber daya manusia untuk
meningkatkan perusahaan. Wakil eksekutif dan para pengelola sumber daya manusia
lainnya melaksanakan tugas, mengangkat, melatih, membayar, memotivasi,
memelihara, dan akhirnya berpisah dengan para sumber daya lainnya diperusahaan.
Namun, banyak tugas-tugas ini dihilangkan karena ada perusahaan lain yang
melaksanakan tugas-tugas tersebut. Dewasa ini banyak yang ini yang melaksanakan
tugas-tugas manajemen sumber daya manusia dengan memperhitungkan hasil
efesiensi, tentu sebagian dari tugas-tugas tersebut dilimpahkan kepada pihak
lain.
Secara umum,
manajer sumber daya manusia bertanggung jawab atas tugas-tugas khusus sumber
daya manusia, walaupun sebagian hilang karena dikerjakan oleh pihak lain.
Manajer sumber daya manusia adalah individu yang bertindak sebagai pelaksana
tugas-tugas sumber daya manusia dan bekerja sama dengan para manajer lain dalam
menangani masalah-masalah sumber daya manusia.
Hasibuan (2013:9) mendefinisikan manajemen adalah “ilmu dan seni mengatur dan memproses
pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber daya lainnya secara efektif
dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu”. Manajemen ini terdiri dari
enam unsur (6 M) yaitu: man, money,
method, materials, machines, dan market.
Unsur man (manusia) ini berkembang menjadi
suatu bidang ilmu manjemen yang disebut manajemen sumber daya manusia atau
disingkat MSDM yang merupakan terjemahan dari man power manegement. Manusia selalu berperan aktif dan dominan
dalam setiap kegiatan organisasi, karena manusia menjadi perencana, pelaku, dan
penentu terwujudnya tujuan.
Tujuan
tidak mungkin terwujud tanpa peran aktif karyawan meskipun alat-alat
yang dimiliki oleh satu organisasi begitu canggihnya. Alat-alat canggih tidak
akan ada manfaatnya bagi satu organisasi, jika peran aktif karyawan tidak
diikut sertakan.
Adapun peranan manajemen sumber daya manusia
menurut Hasibuan (2013:14) mengatur dan menetapkan program kepegawaian yang
mencakup masalah-masalah sebagai berikut :
1. Menetapkan
jumlah, kualitas, dan penempatan tenaga kerja yang efektif sesuai dengan
kebutuhan perusahaan berdasarkan job
description, job specification, job requirement dan job evalution.
2. Menetapkan
penarikan, seleksi, dan penempatan karyawan berdasarkan the right man and the right place and the right man in the right job.
3. Menetapkan
program kesejahteraan, pengembangan, promosi, dan pemberhentian.
4. Meramalkan
penawaran dan permintaan sumber daya manusia pada masa yang akan datang.
5. Memperkirakan
keadaan perekonomian pada umumnya dan perkembangan perusahaan khususnya.
6. Memonitor
dengan cermat undang-undang perburuhan dan kebijaksanaan pemberian balas jasa
perusahaan-perusahaan sejenis.
7. Memonitor
kemajuan teknik dan perkembangan serikat buruh.
8. Melaksanakan
pendidikan, latihan, dan penilaian prestasi karyawan.
9. Mengatur
mutasi karyawan baik vertikal maupun horizontal.
10. Mengatur
pensiun, pemberhentian, dan pesangon.
Peranan manajemen sumber daya manusia diakui
sangat menentukan terwujudnya tujuan,
tetapi unsur untuk memimpin manusia sangat sulit dan rumit. Tenaga kerja
manusia selain mampu, cakap, dan terampil, juga tidak kalah pentingnya kemauan
dan kesungguhan mereka untuk bekerja dengan efektif dan efisien.
Unsur manajemen sumber daya manusia adalah manusia
yang merupakan tenaga kerja pada perusahaan dan merupakan suatu bidang
manajemen dengan menjadikan manusia sebagai fokus, khususnya mempelajari
hubungan manusia dalam suatu organisasi. Hasibuan (2008:10) mengemukakan bahwa “manajemen
SDM adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar
efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan
masyarakat”. Manajemen SDM lebih fokus pada pembahasan mengenai peraturan
peranan manusia, dalam mewujudkan tujuan optimal. Intinya manajemen SDM
mengelola tenaga kerja manusia sedemikian rupa dalam mencapai tujuan.
SDM tidak saja
berperan dalam pembangunan tetapi juga berhubungan dengan kesejahteraan
manusia, pembangunan dalam arti yang luas jika dilaksanakan dengan baik akan mendatangkan
kesejahteraan bagi manusia. Pendidikan membuat warga negara menjadi mampu dan
bertanggung jawab dengan memberikan kesempatan untuk menerima dan memahami
nilai-nilai yang mereka anut dan menghargai arti suatu kehidupan bahwa
tantangan dan rintangan kehidupan berbangsa akan terus bertambah dalam hal ini
hanya dapat diatasi dengan pengembangan kualitas manusia, dalam hal ini
pendidikan dan lembaga perguruan tinggi adalah merupakan solusi yang tepat
dalam mengatasi permasalahan tersebut.
Tujuan utama dari manajemen sumber daya
manusia adalah untuk meningkatkan kontribusi sumber daya manusia terhadap
organisasi dalam rangka mencapai produktivitas organisasi yang bersangkutan.
Hal ini dapat dipahami bahwa semua kegiatan
organisasi dalam mencapai misi dan tujuannya adalah tergantung kepada manusia
yang mengelola organisasi itu. Oleh sebab itu sumber daya manusia tersebut
harus dikelola sedemikian rupa sehingga berdaya guna dalam mencapai misi dan
tujuan organisasi.
C.
Fungsi-fungsi
Sumber Daya Manusia
Adapun fungsi-fungsi
manajemen Sumber Daya Manusia meliputi kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk
mengisi posisi anggota organisasi dan mempertahankan kinerja yang tinggi. Sementara
fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia menurut Bangun (2012:6) yaitu: 1).
pengadaan sumber daya; 2). manusia, 3). pengembangan; 4). pemberian kompensasi,
pengintegrasian dan 5). pemeliharaan sumber daya manusia. Adapun aktivitas manajemen sumber daya
manusia menurut Herawan dan Hartini (2009:234) antara lain, “Perencanaan,
Pengadaan tenaga kerja, Seleksi, Manajemen Kinerja, Pemberian Kompensasi,
Pengembangan Karir dan pemberhentian”.
Lebih jelasnya fungsi sumber daya
manusia akan diuraikan sebagai berikut :
a.
Perencanaan
Perencanaan
manajemen tenaga pendidik dan kependidikan adalah pengembangan dan strategi dan
penyusunan tenaga pendidik dan kependidikan (SDM) yang komprehensif guna
memenuhi kebutuhan organisasi dimasa depan. Perencanaan sumber daya manusia
merupakan langkah awal yang harus dilaksanakan, perencanaan ini seringkali
tidak diperhatikan dengan seksama. Dengan melakukan perencanaan ini, segala
fungsi sumber daya manusia dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien.
b.
Mengadakan
Tenaga Kerja (recruitmen)
Perekrutan memiliki fungsi strategis. Dosen
adalah komunitas akademisi, cendikiawan, dan guru. Menyadari fungsi
strategisnya itu, orang-orang yang mengisi profesi ini haruslah terseleksi
bukan cuma karena memiliki kecerdasan ilmiah tetapi juga kecerdasan emosional
dan spritual yang seimbang harus manusia yang terpilih yang memiliki visi dan
misi terhadap penegakan kebenaran dan keadilan. Untuk mendapatkan dosen yang
berkualitas perlu dilaksanakan rekrutmen dengan membentuk panitia yang
ditetapkan oleh ketua perguruan tinggi, hal ini dilakukan untuk memperlancar
pekerjaan dalam perekrutan.
Rekrutmen dalam dunia pendidikan diartikan
sebagai kegiatan menarik sejumlah personil yang dibutuhkan dalam sistem
pendidikan yang memenuhi kualitas tertentu. Rekrutmen bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan personil, dalam jangka pendek adalah memenuhi kebutuhan pada saat
ini, sedangkan jangka panjangnya adalah untuk meningkatkan jaminan bahwa tenaga
yang direkrut benar-benar memiliki mutu sesuai dengan kebutuhan lembaga.
c.
Seleksi
Proses seleksi dimulai dari penerimaaan
lamaran dan berakhir dengan keputusan terhadap lamaran tersebut.
Langkah-langkah antara proses diakhiri merupakan usaha pengkaitan antara
kepentingan sumber daya manusia dan kepentingan organisasi. Untuk kepentingan
tersebut perlu dilakukan seleksi, melalui ujian lisan, tulisan, praktek.
Meskipun demikian dalam pelaksanaannya pengadaan tenaga kependidikan dapat
didatangkan secara interen (dari dalam lembaga), atau memanfaatkan tenaga yang
sudah ada karena kelebihan tenaga.
Dalam melakukan seleksi Hasibuan (2013:57)
mengatakan: Langkah-langkah seleksi
meliputi hal-hal sebagai berikut:
1.
Seleksi surat-surat lamaran
2.
Pengisian blanko lamaran
3.
Pemeriksaan referensi
4.
Wawancara pendahuluan
5.
Tes penerimaan
6.
Tes pysikologi
7.
Tes kesehatan
8.
Wawancara akhir atasan langsung
9.
Memutuskan diterima atau ditolak
Untuk lebih jelasnya tentang langkah-langkah
seleksi tersebut diatas akan diuraikan sebagai berikut:
1.
Seleksi surat-surat
lamaran
Menyeleksi
surat-surat lamaran artinya memilih surat-surat lamaran dan mengelompokkan atas
surat lamaran yang memenuhi syarat dan surat lamaran yang tidak memenuhi
syarat. Lamaran yang tidak memenuhi syarat berarti gugur, sedangkan lamaran
yang memenuhi syarat dipanggil untuk mengikuti seleksi berikutnya. Dalam surat
panggilan harus dicantumkan waktu, tempat, dan alat-alat yang diperlukan untuk
mengikuti seleksi tersebut.
2. Pengisian
blanko lamaran
Pelamar yang dipanggil diharuskan
mengisi blanko (formulir) lamaran yang telah disediakan. Formulir ini memuat
rincian data yang komplet dari pelamar, seperti orang tuanya, pengalaman
kerjanya, dan gaji yang diminta. Formulir lamaran akan digunakan sebagai salah
satu alat untuk referensi pelamar bersangkutan.
3. Pemeriksaan
referensi
Memeriksa referensi adalah meneliti siapa
referensi pelamar, dipercaya atau tidak untuk memberikan informasi mengenai
sifat, perilaku, pengalaman kerja, dan hal-hal lain yang dianggap penting dari
pelamar. Referensi pada dasarnya orang yang dapat memberikan informasi dan
jaminan lain mengenai sifat, perilaku dan hal lain dari pelamar yang
bersangkutan.
4. Wawancara
Pendahuluan
Dalam wawancara pendahuluan pimpinan atau tim
penyeleksi perusahaan mengadakan wawancara formal dan mendalam dengan pelamar
dengan demikian akan mendapatkan data yang lebih komplet dan lebih terinci.
Wawancara yang dilakukan oleh tim seleksi atau
pimpinan lembaga pendidikan tinggi bertujuan untuk menggali kemampuan seorang
calon dosen. Dengan wawancara akan diperoleh informasi dari setiap pelamar,
kemudian dibandingkan satu persatu siapa yang memiliki kemampuan yang
terbaik.
5. Tes
Penerimaan
Tes penerimaan adalah proses untuk mencari
data calon karyawan yang disesuaikan dengan spesifikasi jabatan atau pekerjaan
yang akan dijabat. Jenis tes penerimaan calon karyawan ini adalah wawancara dan
tertulis.
Menurut Hasibuan (2013:58) Bentuk-bentuk tes
penerimaan ini adalah physical test
(medical tes), academic test (knowledge test) dan phsycological test. Physical test yaitu suatu proses untuk
kemajuan fisik pelamar, Academic test
yaitu proses menguji kecakapan yang dimiliki pelamar sesuai dengan kebutuhan
jabatan yang akan diisinya. Selanjutnya pengertian phsycological test yaitu
proses menguji tentang kecerdasan, bakat, prestasi, minat, dan kepribadian dari
pelamar.
6.
Tes psikologi (phsychologi tes)
Tes psikologi adalah proses menguji atau
mengetes kemampuan mental pelamar untuk mengukur apakah mentalnya sesuai dengan
yang diinginkannya.
7. Tes
Kesehatan
Tes kesehatan yaitu pemeriksaan kesehatan
fisik pelamar apakah memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan untuk jabatan
yang bersangkutan.
8. Wawancara
akhir oleh atasan langsung
Kepala bagian atau atasan langsung
mewawancarai pelamar untuk memperoleh data yang lebih mendalam tentang
kemampuan pelamar dalam melaksanakan tugas-tugas yang akan diberikan kepadanya.
Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan praktis pelamar
dalam mengerjakan pekerjaan dan juga untuk memperoleh gambaran apakah pelamar
dapat diajak bekerjasama atau tidak. Wawancara akhir akan menentukan diterima
atau tidaknya pelamar menjadi calon karyawan pada perusahaan tersebut.
9. Memutuskan
diterima atau ditolak
Top
manajer akan memutuskan diterima atau ditolaknya pelamar setelah
memperoleh hasil dari seleksi-seleksi terdahulu. Pelamar yang tidak memenuhi
spesifikasi ditolak, sedangkan pelamar yang lulus dari setiap seleksi
diputuskan diterima menjadi calon karyawan dengan status karyawan dalam masa
percobaan.
d.
Manajemen
Kinerja
Manajemen kinerja adalah
proses yang terjadi terus menerus berkaitan dengan fungsi-fungsi manejerial
kinerja. Seacara teknis program ini memang harus dimulai dengan menetapkan
tujuan dan sasaran yaitu kinerja yang akan dicapai.
e.
Pemberian
Kompensasi
Program kompensasi atau balas
jasa pada umumnya bertujuan untuk kepentingan perusahaan, karyawan dan
pemerintah. Supaya tujuan tercapai dan memberikan kepuasan bagi semua pihak,
hendaknya program pemberian kompensasi didasarkan pada prinsif adil dan merata.
f.
Pengembangan
Karier.
Pengembangan karier adalah suatu kondisi
yang menunjukkan adanya peningkatan-peningkatan status seseorang dalam suatu
organisasi dalam jalur karier yang telah ditetapkan dalam organisasi yang bersangkutan. Pengembangan perlu dilakukan untuk meningkatkan
motivasi.
g.
Pemberhentian
Pemberhentian adalah fungsi
operatif terakhir manajemen sumber daya manusia. Istilah pemberhentian sinonim
dengan separation, pemisahan atau pemutusan hubungan tenaga kerja, karyawan dari suatu organisasi perusahaan. Fungsi pemberhentian
harus mendapat perhatian serius dari pimpinan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa dalam strategi
manajemen aktivitas yang harus dilakukan mulai dari tenaga pendidik dan
kependidikan itu masuk kedalam
organisasi pendidikan sampai akhirnya berhenti melalui proses perencanaan
sumber daya manusia, perekrutan, seleksi, penempatan, pemberian kompensasi,
penghargaan, pendidikan dan latihan/pengembangan dan pemberhentian.
Dari fungsi-fungsi diatas hanya beberapa
fungsi manajemen STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah yang akan penulis teliti dan
penulis jelaskan yakni bagaimana proses rekrutmen, penempatan dan
pembinaan sumber daya manusia STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah. Untuk lebih
jelaskan akan penulis jabarkan sebagai berikut:
1.
Rekrutmen
a.
Pengertian
Rekrutmen
Rekrutmen pada
hakikatnya merupakan proses menentukan dan menarik pelamar yang mampu untuk
bekerja pada sebuah organisasi. Pengertian
rekrutmen menurut Marwansyah (2010:106) adalah ”Serangkaian aktivitas
yang digunakan oleh sebuah organisasi untuk menarik para pelamar kerja yang
memiliki kemampuan dan sikap yang dibutuhkan untuk membantu organisasi dalam
mencapai tujuan-tujuannya”.
Perekrutan dosen
memiliki fungsi strategis. Dosen adalah komunitas akademisi, cendikiawan dan
guru. Menyadari fungsi strategisnya
itu, orang-orang yang mengisi profesi ini haruslah terseleksi bukan cuma karena
memiliki kecerdasan emosional dan spritual yang seimbang harus manusia yang
terpilih. Untuk mendapatkan dosen yang berkualitas perlu dilaksanakan
rekrutmen.
Rekrutmen dalam
dunia pendidikan diartikan sebagai kegiatan menarik sejumlah personil yang
dibutuhkan dalam sistem pendidikan yang memenuhi kualitas tertentu. Rekrutmen
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan personil, dalam jangka pendek adalah
memenuhi kebutuhan saat ini, sedangkan jangka panjang adalah untuk meningkatkan
jaminan bahwa tenaga yang di rekrut benar-benar memiliki mutu sesuai dengan
kebutuhan lembaga pendidikan.
b.
Tujuan
Rekrutmen
Rekrutmen adalah
serangkaian kegiatan yang dimulai ketika sebuah organisasi memerlukan tenaga
kerja dan membuka lowongan sampai mendapatkan calon karyawan yang diinginkan
sesuai dengan jabatan atau lowongan yang ada. Dengan demikian, tujuan rekrutmen
adalah menerima pelamar sebanyak-banyaknya sesuai dengan kebutuhan organisasi dari
berbagai sumber, sehingga memungkinkan akan terjaring calon karyawan dengan
kualitas tertinggi dari yang terbaik.
Dengan proses rekrutmen yang baik akan menghasilkan kebutuhan organisasi yang
diinginkan.
c.
Proses
Rekrutmen
Proses rekrutmen
dimulai pada waktu diambil langkah mencari pelamar dan berakhir ketika para
pelamar mengajukan lamarannya. Artinya, secara konseptual menurut Siagian
(2012:102) “Langkah yang segera mengikuti proses rekrutmen, yaitu seleksi,
bukan lagi merupakan bagian dari rekrutmen”. Jika proses rekrutmen ditempuh
dengan tepat dan baik, hasilnya ialah adanya sekelompok pelamar yang kemudian
diseleksi guna menjamin bahwa hanya yang
paling memenuhi semua persyaratanlah yang diterima sebagai pekerja dalam organisasi
yang memerlukannya.
Menurut Hasibuan
(2013:38) proses rekrutmen sumber daya manusia antara lain sebagai berikut:
1. Peramalan
kebutuhan tenaga kerja.
2. Penarikan
3. Seleksi
4. Penempatan, orientasi, dan induksi karyawan.
d.
Metode
Rekrutmen Sumber Daya Manusia
Metode rekrutmen
menurut Hasibuan (2013:44) ada dua metode yang dapat digunakan antara lain
yakni:
1. Metode
tertutup
Metode tertutup adalah
ketika rekrutmen hanya diinformasikan kepada para karyawan atau orang-orang
tertentu saja. Akibatnya, lamaran yang masuk relatif sedikit sehingga
kesempatan untuk mendapatkan karyawan yang baik sulit dicapai, karena jumlah calon karyawan yang melamar
relatif sangat sedikit serta hanya dari kalangan orang-orang dalam perusahaan
tersebut.
2. Metode
terbuka
Metode terbuka adalah
ketika penarikan diinformasikan secara luas dengan memasang iklan pada media
massa cetak maupun elektronik, agar tersebar luas ke masyarakat. Dengan metode
terbuka diharapkan lamaran banyak yang masuk sehingga kesempatan untuk
mendapatkan karyawan yang qualified
lebih besar.
Untuk memenuhi
kebutuhan organisasi, perlu dilakukan identifikasi atas sumber daya manusia
yang dimiliki organisasi baik jumlah maupun jenisnya. Kekurangannya akan
direkrut sesuai dengan kebutuhan baik yang bersumber dari dalam maupun dari
luar organisasi, untuk memenuhi kebutuhan sesuai kualitas yang dibutuhkan akan
dilakukan seleksi. Tentu, kegiatan rekrutmen dan seleksi dilaksanakan melalui
analisis pekerjaan.
2.
Penempatan
Sumber Daya Manusia
a.
Pengertian
Penempatan
Di dalam menyusun sebuah organisasi, perlu
sekali mengadakan pembagian tugas yang sebaik-baiknya dan memberi wewenang-wewenang
yang tepat, seperti yang diungkapkan oleh Terry (2009:112) “hal yang lebih penting
ialah menempatkan orang secara tepat ditempat-tempat tugas mereka”. Dalam hal ini pengertian penempatan dalam hai
ini menurut Suwatno dan Priansia (2011:352) adalah “mengalokasikan para
karyawan pada posisi kerja tertentu hal ini khusus terjadi pada karyawan baru”.
Sedangkan menurut Siagian (Usman,
2011:43) Pendapat tersebut menegaskan bahwa para pegawai tidak sekedar
menempatkan saja, melainkan harus mencocokkan, dan membandingkan kualifikasi
yang dimiliki pegawai dengan kebutuhan
dan persyaratan dari suatu jabatan tertentu. Sehingga the right man on the right place tercapai. Keputusan penempatan
lebih banyak dibuat oleh manajer. Penempatan berkaitan dengan penyesuaian
kemampuan dan bakat seseorang dengan pekerjaan yang akan dikerjakannya. Suatu
tugas manajer yang penting untuk menempatkan orang sesuai dengan pekerjaan yang
tepat. Seseorang diberikan pekerjaan sesuai dengan pengetahuan, keterampilan,
dan kemampuan yang dimiliki sesuai dengan persyaratan pekerjaan. Kesalahan
dalam menempatkan karyawan pada pekerjaan yang sesuai akan mendapatkan hasil
yang kurang baik. Ketidaktelitian dalam hal ini bisa berakibat pada kurangnya
semangat kerja yang berdampak pada rendahnya prestasi kerja.
Keberhasilan
dalam penempatan karyawan akan melibatkan suatu kegiatan penting adalah
seleksi. Berbagai macam atau tahap seleksi yang dapat dilalui untuk dapat
mengetahui kesesuaian pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan calon karyawan
dengan persyaratan pekerjaan. Melalui tes psikologi dan wawancara serta alat
tes lainnya, dapat digunakan dalam penempatan karyawan. Oleh karena itu, kedua
konsep tersebut tidak dapat dipisahkan, karena kesalahan dalam seleksi akan dapat
menempatkan karyawan dalam posisi yang kurang tepat.
Langkah awal dalam menghasilkan SDM yang
terampil dan handal perlu adanya suatu perencanaan dalam menentukan karyawan
yang akan mengisi pekerjaan yang ada dalam perusahaan yang bersangkutan. Keberhasilan
dalam pengadaan tenaga kerja terletak dalam penempatan karyawan, baik
penempatan karyawan yang baru maupun karyawan yang lama pada jabatan baru.
Proses penempatan merupakan suatu proses yanag
sangat menentukan karyawan baru yang kompeten. Karyawan yang kompeten yang
dibutuhkan perusahaan, karena penepatan yang tepat dalam posisi jabatan yang
tepat akan dapat membantu perusahaan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Hasibuan (2009:63) mengemukakan “penempatan (placement) karyawan adalah tindak lanjut
dari seleksi, yaitu menempatkan calon karyawan yang diterima (lulus seleksi)
pada jabatan/pekerjaan yang membutuhkannya dan sekaligus mendelegasikan authority kepada orang tersebut”.
Didalam
menyusun sebuah organisasi, perlu sekali mengadakan pembagian tugas yang
sebaik-baiknya dan memberikan wewenang-wewenang yang tepat dan yang paling
penting adalah menempatkan orang secara tepat pula ditempat-tempat tugas
manajeri.
b.
Tujuan
Penempatan
Tujuan
penempatan adalah untuk menempatkan manusia yang tepat dengan jabatan yang
sesuai dengan minat dan kemampuannya, sehingga prestasi kerja karyawan akan
meningkat. Manusia sebagai tenaga kerja merupakan unsur yang sangat penting
bagi perusahaan, maka pengelolaan SDM harus dilakukan secara profesional agar
terwujud keseimbangan antara kebutuhan dengan kemampuan sumber daya manusia
sebagai karyawan dengan tuntutan perusahaan. Keseimbangan tersebut merupakan
kunci utama perusahaan agar perusahaan dapat berkembang dengan produktif. Penempatan
karyawan yang tidak tepat akan berpengaruh terhadap produktifitas perusahaan
sehingga perlu diadakan pencocokan antara keterampilan, pengetahuan dan jabatan
kepercayaan. Pencapaian terhadap keseimbangan tersebut dapat dimulai dari
perekrutan, penyeleksian, pengklasifikasian, penempatan karyawan sesuai dengan
kemampuan, penataan, dan perkembangan karirnya.
Setiap pekerjaan
yang dilaksanakan pada dasarnya mempunyai tujuan. Tujuan berfungsi untuk
mengarahkan prilaku, begitu juga dengan penempatan karyawan, menempatkan
seorang karyawan atau calon karyawan dengan tujuan antara lain agar karyawan
tersebut lebih berdaya guna dalam melaksanakan pekerjaan yang dibebankan, serta
untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan sebagai dasar kelancaran tugas.
Penempatan
karyawan merupakan suatu usaha untuk menyalurkan kemampuan karyawan
sebaik-baiknya dengan jalan menempatkan karyawan pada posisi atau jabatan yang
paling sesuai untuk memperoleh prestasi kerja yang optimal. Hal ini sangat penting dilakukan untuk menyesuaikan
kemampuan karyawan dengan bidang yang akan ditanganinya, sehingga
profesionalisme dalam bekerja dapat dicapai.
Pengertian
penempatan pegawai itu sendiri merupakan serangkaian langkah kegiatan yang
dilaksanakan untuk memutuskan, apakah tepat atau tidaknya seorang pegawai
ditempatkan pada posisi tertentu yang ada didalam organisasi. Setiap instansi
atau perusahaan harus dapat memilih dan menentukan karyawan yang berkompeten
untuk mengisi jabatan yang kosong agar tugas pokok pada jabatan tersebut dapat
dilaksanakan. Penempatan karyawan berarti mengalokasikan para karyawan pada
posisi kerja tertentu, hal ini khusus terjadi pada karyawan baru. Kepada
karyawan yang lama yang telah menduduki jabatan atau pekerjaan termasuk sasaran
sasaran fungsi penempatan karyawan dalam arti mempertahankan pada posisinya
atau memindahkan pada posisi lain. Apabila pelaksanaan proses seleksi yang dilakukan oleh
organisasi tepat, maka dapat menunjang terhadap kesesuaian penempatan karyawan,
yang pada akhirnya diharapkan akan memberikan pengaruh positif bagi kinerja
organisasi.
Penempatan
merupakan bagian dari proses pengadaan karyawan, dengan demikian pelaksanaannya
hendaknya memperhatikan prinsip efisien yaitu kesesuaian antara keahlian yang
dipersyaratkan oleh perusahaan yang bersangkutan dengan yang dimiliki oleh
karyawan. Hal ini perlu dilakukan dengan
menjaga prinsip the right man in the
right pleace.
Langkah awal dalam
menghasilkan sumber daya manusia yang terampil dan handal perlu adanya suatu
perencanaan untuk menentukan karyawan yang akan mengisi pekerjaan yang ada
dalam perusahaan yang bersangkutan. Keberhasilan dalam pengadaan tenaga kerja
terletak pada ketepatan dalam penempatan karyawan, baik penempatan karyawan
baru maupun lama pada posisi jabatan baru.
c.
Proses
penempatan
Proses
penempatan karyawan yang diambil merupakan output pengambilan keputusan yang
dilakukan berdasarkan pertimbangan rasional maupun berdasarkan pertimbangan
objektif ilmiah.
Pertimbangan rasional merupakan output
pengambilan keputusan yang didasarkan
atas fakta, keterangan dan data yang dianggap representatif. Maksudnya
pengambilan keputusan dalam penempatan karyawan tersebut atas dasar hasil
seleksi yang telah dilakukan manajer personalia. Pertimbangan objektif ilmiah merupakan
keputusan yang didasarkan atas keterangan diri karyawan, baik atas dasar
reperensi dari seseorang maupun atas dasar hasil seleksi karyawan yang
pelaksanaannya tanpa mengesampingkan metode-metode ilmiah.
d.
Metode
Penempatan
Penempatan karyawan bukan hanya diperuntukkan bagi
mereka yang baru masuk menjadi karyawan setelah
berbagai proses seleksi serta pertimbangan lainnya tetapi
juga karyawan lama dalam posisi dan
jabatan baru. Siagian (2012:168) mengatakan bahwa “teori sumber daya manusia
yang mutakhir menekankan bahwa penempatan tidak hanya berlaku bagi para pegawai baru akan tetapi berlaku pula bagi para pegawai lama yang mengalami alih tugas dan mutasi”.
Ada tiga jenis dari penempatan yaitu :
promosi, alih tugas dan demosi. Untuk lebih jelasnya akan dibahas sebagai
berikut:
1.
Promosi
Promosi adalah apabila seorang pegawai
dipindahkan dari satu pekerjaan kepekerjaan lain yang tanggung jawabnya lebih
besar tingkatannya dalam hierarki jabatannya lebih tinggi dan penghasilannyapun
lebih besar pula, setiap pegawai mendambakan promosi karena dipandang sebagai
penghargaan atas keberhasilan seseorang menunjukkan pretasi kerja yang tinggi
dalam menunaikan kewajibannya dalam pekerjaan dan jabatan yang dipangkunya
sekarang, sekaligus sebagai pengakuan atas kemampuan dan potensi yang
bersangkutan untuk menduduki posisi yang lebih tinggi dalam organisasi. Promosi
dapat terjadi tidak hanya bagi mereka yang menduduki jabatan manajerial, akan
tetapi juga bagi mereka yang pekerjaannya bersifat teknikal dan non manajerial.
Bagi siapapun promosi itu dilakukan yang penting ialah bahwa
pertimbangan-pertimbangan yang digunakan didasarkan pada serangkaian kriteria
yang objektif. Seperti loyalitas,
profesionalisme, dan prestasi kerja yang baik.
2.
Alih
Tugas
Dalam rangka penempatan, alih tugas dapat
mengambil salah satu dari 2 bentuk. Bentuk pertama adalah penempatan seseorang
pada tugas baru dengan tanggung jawab, hierarki jabatan dan penghasilan yang
relatif sama dengan statusnya yang lama. Dalam hal demikian seorang pegawai
ditempatkan pada satuan kerja yang baru yang lain dari satuan kerja dimana
seseorang selama ini berkarya. Bentuk lain adalah alih tempat. Jika cara ini
yang ditempuh, berarti seorang pekerja melakukan pekerjaan yang sama atau
sejenis, penghasilan tidak berubah dan tanggung jawabnyapun relatif sama hanya
saja secara fisik lokasi tempatnya bekerja lain dari yang sekarang.
Dasar pemikiran untuk menempuh cara ini adalah
keluasan dalam manajemen sumber daya manusia. Artinya para pengambil keputusan
dalam organisasi harus memiliki wewenang untuk realokasi sumber daya, dana, dan
sumber daya manusia sedemikian rupa sehingga organisasi secara tangguh mampu
menghadapi berbagai tantangan yang timbul baik internal maupun eksternal
melalui alih tugas para manajer dalam organisasi dapat secara lebih efektif
memanfaatkan tenaga kerja yang terdapat
dalam organisasi. Akan tetapi melalui alih tugas para pegawaipun sesungguhnya
memperoleh manfaat yang tidak kecil. Menurut Siagian (2012; 172) manfaat alih
tugas antara lain dalam bentuk :
a. Pengalaman
baru
b. Cakrawala
dan pandangan yang luas
c. Tidak
terjadinya kebosanan atau kejenuhan
d. Perolehan
pengetahuan dan keterampilan baru.
e. Perolehan
persfektif baru mengenai kehidupan organisasional.
f. Persiapan
untuk menghadapi tugas baru
g. Motivasi
dan kepuasan kerja yang lebih tinggi
h. Motivasi
dan kepuasan kerja yang lebih tinggi berkat tantangan dan situasi baru yang
dihadapi
Dengan demikian alih tugas merupakan
kesempatan yang sangat berharga untuk berkembang dalam rangka aktualisasi diri. Serta mendapatkan pengalaman dalam menangani bidang yang
berbeda.
3.
Demosi
Demosi berarti bahwa seseorang karena berbagai
pertimbangan mengalami penurunan pangkat atau jabatan dan penghasilan serta tanggung jawab yang
semakin kecil. Dapat dipastikan bahwa tidak ada seorang pegawaipun yang senang
dengan hal ini.
Menurut Siagian (2012:173) “Pada umumnya
demosi dikaitkan dengan pengenaan suatu sanksi disiplin karena berbagai alasan,
seperti :
a. Penilaian
negatif oleh atasan karena prestasi kerja yang tidak/kurang memuaskan.
b. Prilaku
pegawai yang dispungsional seperti tingkat kemangkiran yang tinggi.
Situasi lain yang kadang kala berakibat pada
demosi karyawan adalah apabila kegiatan organisasi menurun, baik sebagai akibat
faktor-faktor internal maupun eksternal, tetapi tidak sedemikian gawatnya
sehingga terpaksa terjadi pemutusan hubungan kerja. Dalam hal demikian
organisasi memberikan pilihan kepada karyawannya, yaitu antara demosi dengan
segala akibatnya dan pemutusan hubungan kerja.
Dalam hal demikian organisasi memberikan
pilihan kepada karyawannya, yaitu antara demosi dengan segala akibatnya dan
pemutusan hubungan kerja dengan memperoleh hak-hak tertentu seperti pesangon
yang jumlahnya didasarkan atas rumus
tertentu yang disepakati bersama.
3.
Pembinaan
Sumber Daya Manusia
a.
Pengertian
Pembinaan
Pengertian pembinaan secara umum diartikan
sebagai usaha untuk memberikan pengarahan dan membimbing guna mencapai suatu
tujuan tertentu. Menurut Bangun (2012:220) pembinaan adalah “suatu proses
memperbaiki keterampilan kerja untuk mencapai suatu tujuan perusahaan”.
Pembinaan adalah suatu usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara
berdayaguna dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang baik. Pengertian
pembinaan secara umum diartikan sebagai usaha pengarahan dan membimbing guna
mencapai suatu tujuan tertentu. Pembangunan ketenagakerjaan merupakan upaya
yang sifatnya menyeluruh disemua sektor dan daerah yang ditujukan pada
perluasan lapangan kerja, peningkatan mutu dan kemampuan serta perlindungan
tenaga kerja.
Setelah
menjalani proses penarikan dan pemilihan
karyawan, maka selanjutnya karyawan yang diterima akan mengikuti
kegiatan pelatihan atau pembinaan. Para karyawan baru perlu diberikan pelatihan
dan pembinaan agar memiliki keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan dalam
mengerjakan pekerjaannya. Pembinaan merupakan tanggung jawab manajer untuk
mengembangkan karyawan dalam sebuah perusahaan. Seorang manajer yang tidak
perduli terhadap kegiatan pelatihan atau pembinaan akan mengalami resiko yang
dapat membahayakan kegiatan operasional perusahaan. Hal ini dapat dilihat bahwa
perkembangan teknologi yang semakin melejit dewasa ini dapat mengakibatkan
terjadinya perubahan yang semakin dahsyat pada berbagai aspek yang dialami
suatu perusahaan. Menurut Bangun (2012: 220) Pembinaan adalah “suatu proses
memperbaiki keterampilan kerja untuk membantu pencapaian tujuan
perusahaan”.
b.
Tujuan
Pembinaan Sumber Daya Manusia
Pembinaan sumber daya manusia yang
diorientasikan kepada kemampuan, kesetiaan, pengabdian dan tanggung jawab
terhadap negara dan bangsa merupakan salah satu usaha untuk mengimbangi laju
pembangunan dan menghadapi segala bidang.
Adapun yang
menjadi tujuan dari pembinaan sumber daya manusia menurut Rivai (2009:215) adalah
sebagai berikut :
1.
Untuk meningkatkan kuantitas output
2.
Untuk menigkatkan kualitas
3.
Untuk menurunkan biaya perawatan
4.
Untuk menurunkan jumlah dan biaya
terjadinya kecelakaan
5.
Untuk menurunkan turnover, ketidak hadiran kerja serta meningkatkan kepuasan kerja
6. Untuk
mencegah timbulnya antipati karyawan
Dengan demikian, kegiatan pembinaan pada
dasarnya dilaksanakan untuk menghasilkan perubahan tingkah laku dari
orang-orang yang mengikuti pembinaan. Perubahan tingkah laku yang dimaksud
adalah dapat berupa bertambahnya
pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan perubahan sikap dan perilaku.
c.
Metode Pembinaan Sumber Daya Manusia
Metode agar pembinaan dapat berjalan sesuai
dengan rencana dan mencapai tujuan yang diinginkan, metode-metode yang
dilakukan menurut Rivai (2009:226) adalah sebagai berikut :
1. On the job training (OT)
On the job training
(OT) atau disebut juga dengan pelatihan dengan intruksi pekerjaan sebagai suatu
metode pembinaan dengan cara para pekerja atau calon pekerja ditempatkan dalam
kondisi pekerjaan yang riil, dibawah bimbingan dan supervisi dari pengawai yang
sudah berpengalaman atau seorang supervisor. Walaupun metode ini tampaknya
sederhana, apabila tidak ditangani dengan tepat, beberapa permasalahan mungkin
akan timbul. Salah satu pendekatan on the
job training (JIT). Melalui sistem ini instruktur pertama kali memberikan
pelatihan kepada supervisor. Selanjutnya
supervisor akan mentraining calon
pekerja agar dapat merasakan pekerjaan yang sesunggguhnya dengan
pengawasan dan arahan supervisor.
2. Rotasi.
Untuk pelatihan silang (cross-train)
bagi karyawan agar mendapatkan variasi
kerja, para pengajar memindahkan para peserta pelatihan dari tempat kerja yang
satu ketempat kerja yang lain.
3. Magang
Magang melibatkan pembelajaran dari pekerja yang
lebih berpengalaman, dan dapat ditambah pada teknik off the job training.
4. Ceramah
kelas dan presentasi video
5. Permainan
peran dan model prilaku
Permainan peran adalah
alat yang mendorong peserta untuk mambayangkan identitas lain.
BAB III
PROSEDUR
PENELITIAN
A.
Pendekatan
Penelitian
Keberhasilan sebuah penelitian sangat
ditentukan oleh pendekatan dan jenis
penelitian. Sebab, kesalahan dalam memilih pendekatan dan jenis penelitian maka
akan berpengaruh terhadap hasil penelitian, oleh karena itu sesuai dengan data
yang diperlukan dalam menjawab rumusan masalah maka jenis pendekatan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan alasan informasi yang
diinginkan lebih mendalam dan bersifat generalisasi, seperti pendapat Sugiyono (2009:41) bahwa “penelitian
kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya
dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural
setting)”. Sejalan dengan pendapat yang diungkapkan di atas, Sukmadinata
(2010:116) menjelaskan mengenai penelitian kualitatif yaitu “merupakan suatu pendekatan
penelitian yang diarahkan pada memahami fenomena sosial dari perspektif
partisipan penelitian kualitatif menggunakan startegi multi metode, dengan
metode utama interview, observasi dan studi dokumenter”. Hal senada juga
disampaikan oleh Moleong (2010:6) mengenai kualitatif adalah:
Penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode yang alamiah.
Penelitian ini dilakukan melalui deskriptif
dengan pendekatan kualitatif. Deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan
menggambarkan strategi manajemen yang digunakan STKIP Muhammadiyah untuk
pengembangan sumber daya manusia yang ada diperguruan tinggi tersebut. Menurut
Darmadi (2011:7) penelitian deskriptif adalah “ penelilitian yang berkaitan
dengan pengumpulan data untuk memberikan gambaran atau penegasan suatu konsep
atau gejala, juga menjawab pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan suatu subjek
penelitian”. Sukmadinata (2010:72)
menjelaskan mengenai penelitian deskriptif adalah “suatu bentuk penelitian yang
ditujukan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada,
baik fenomena alamiah maupun rekayasa manusia”. Dari kutipan tersebut jelaslah
bahwa metodelogi penelitian deskriptif adalah
suatu bentuk penelitian berusaha
mengambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya. Metode
deskriptif ini adalah mencari teori bukan menguji teori, metode ini menitik
beratkan pada observasi dan suasana alamiah. Sugiyono (2007:15) juga
menjelaskan mengenai metode penelitian kualitatif adalah “metode penelitian
yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah, dimana peneliti
adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan dengan, trianggulasi
(gabungan), dan hasil penelitian lebih menekankan makna dari pada generalisasi”.
Sugiyono (2013:24) juga mendefinisi
pengertian penelitian kualitatif sebagai metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek
alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara triangulasi (gabungan),
analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna daripada generalisasi”. Sedangkan menurut Norman (Patilima:
2011:3) bahwa “Penelitian kualitatif merupakan fokus perhatian dengan beragam
metode, yang mencakup pendekatan interpretatif dan naturalistik terhadap subjek
kajiannya”. Artinya peneliti kualitatif mempelajari benda-benda di dalam konteks alamiahnya, yang berupaya
untuk memahami, atau menafsirkan fenomena dilihat dari sisi makna yang
dilekatkan pada manusia (peneliti) kepadanya. Lebih lanjut Sukmadinata (2011:60)
menyatakan penelitian kualitatif adalah “suatu penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap,
kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok”.
Sedangkan Mahmud (2011:28) “penelitian
kualitatif mempergunakan data yang dinyatakan secara verbal dan kualifikasinya
bersifat teoretis”. Iskandar (2009:11) mendefinisikan penelitian kualitatif
sebagai “suatu pekerjaan yang berhubungan dengan usaha untuk mendesain,
memperoleh dan menganalisis data penelitian ilmiah”.
Sedangkan pengertian
metodelogi deskriptif menurut Moleong (2010:6) adalah “penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang yang dialami oleh subjek penelitian”.
Dalam penelitian ini peneliti berfungsi sebagai instrumen penelitian dan fokus
perhatian ditujukan pada upaya memahami perilaku, sikap, pendapat, dan persepsi
berdasarkan pandangan subjek yang diteliti.
Oleh karena itu,
pengumpulan data dan informasi dilakukan melalui kontak langsung dengan subjek
penelitian serta peneliti berusaha menyatu dengan situasi dan fenomena yang
diteliti.
Pada dasarnya penelitian kualitatif lebih
mementingkan proses. Hal ini disebabkan oleh hubungan bagian-bagian yang sedang
diteliti akan lebih jelas dan bermakna apabila diamati dalam proses.
B.
Lokasi
dan Waktu Penelitian
Adapun lokasi penelitian ini adalah di kampus
STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah tepatnya di jalan Qurrata Aini Mampak Kebayakan,
kecamatan Kebayakan, Kabupaten Aceh Tengah. Adapun waktu penelitian dari
tanggal 28 Mei 2014 sampai dengan
tanggal 4 Agustus 2014.
C.
Subjek
Penelitian
Dalam penelitian kualitatif, sampel sumber
data dipilih secara purposive sample.
Menurut Saebani (2008:179) Purposive sample
adalah “pemilihan sekelompok subjek didasarkan atas ciri-ciri atau sifat-sifat
tertentu yang dipandang mempunyai sangkut-paut yang erat dengan ciri-ciri atau
sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya”. Sedangkan pengertian
Purposive Sampling menurut Iskandar (2009:114) adalah “pemilihan subjek
berdasarkan tujuan”. Dalam penelitian
ini menggunakan teknik sample purposive yaitu
informan yang dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa informasi benar-benar
terkait dengan permasalahan strategi manajemen sumber daya manusia pada STKIP
Muhammadiyah Aceh Tengah secara menyeluruh.
Bila dalam proses pengumpulan data mengenai
strategi manajemen sumber daya manusia STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah tidak
muncul lagi atau ditemukan variasi informasi yang signifikan maka peneliti
tidak lagi melanjutkan mencari informasi baru.
Informan adalah orang-orang yang banyak
mengetahui dan memahami serta mau meluangkan waktunya untuk memberikan
data-data yang dibutuhkan. Selain itu
mereka adalah orang-orang yang dapat dipercaya. Pada intinya yang akan
menjadi subjek penelitian adalah
orang-orang yang dianggap potensial dan memiliki informasi sekaligus mengenal
masalah yang akan diteliti.
Para subjek penelitian ini terdiri dari unsur-unsur
pimpinan terkait, dan beberapa dosen STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah yang
berhubungan langsung dengan kebijakan dalam upaya meningkatkan
sumber daya manusia dan hal ini sangat
erat kaitannya dengan mutu lulusan, dengan unsur pimpinan STKIP Muhammadiyah Aceh
Tengah sebagai informan kunci yang membuat kebijakan dan strategi dalam upaya
meningkatkan sumber daya manusia dalam proses belajar mengajar pada STKIP
Muhammadiyah Aceh Tengah.
D.
Instrumen
Penelitian
Instrumen
penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan
data. Sebagaimana dikemukakan oleh
Saebani, (2008:183), bahwa “dalam penelitian kualitatif, instumen atau alat
penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu, peneliti sebagai instrumen juga harus divalidasi
seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya
terjun kelapangan”. Sedangkan menurut Satori dan Komariah (2013:62) peneliti
adalah merupakan intrumen kunci dalam penelitian kualitatif. Nasution (Satori
dan Komariah, 2013:62) menegaskan “hanya manusia sebagai instrumen yang dapat
memahami makna interaksi antar manusia, membaca gerak muka, menyelami perasaan
dan nilai yang terkandung dalam ucapan atau perbuatan responden”. Sebagai key instrument peneliti dibuat alat
observasi, pedoman wawancara, dan pedoman penilaian dokumentasi yang digunakan
sebagai panduan umum dalam proses pencatatan.
Peneliti adalah
instumen kunci, meskipun dilakukan uji kredibilitas yang merupakan ukuran kebenaran
data yang dikumpulkan. Karena hal yang terpenting dalam penelitian kualitatif
adalah kesesuaian konsep teori dengan temuan dilapangan dari nara sumber.
Adapun untuk menjaring data dalam penelitian ini digunakan instrumen penelitian
sebagai berikut:
1. Lembar
Observasi
Instrumen ini dibuat
oleh peneliti untuk mengumpulkan data mengenai proses seleksi, penempatan, dan
pembinaan sumber daya manusia pada STKIP
Muhammadiyah Aceh Tengah. Data yang dimasukkan kedalam lembar observasi berupa
kata-kata dan tindakan yang terdapat dilapangan.
2. Pedoman
Wawancara
Instrumen pedoman
wawancara sebagai pedoman pengumpulan data berkaitan dengan proses seleksi,
penempatan dan pembinaan sumber daya manusia pada STKIP Muhammadiyah Aceh
Tengah
E.
Uji
Kredibilitas
Uji kredibilitas merupakan bagian
penting dalam sebuah penelitian. Uji
kredibilitas digunakan untuk melihat sejauh mana kesesuaian konstruksi
antara data yang telah didapat di lapangan dengan masalah yang sedang diteliti.
Menurut Sugiyono (2013:364) “pengujian
validitas dan reliabilitas data dalam penelitian kualitatif meliputi uji
kredibilitas terhadap data hasil penelitian kualitatif antara lain:
1. Perpanjangan
pengamatan. Peneliti kembali melakukan pengamatan dilapangan/lokasi penelitian.
Artinya hubungan peneliti dengan partisipan/narasumber akan semakin akrab,
semakin terbuka, saling mempercayai sehingga tidak ada informasi yang
disembunyikan lagi.
2. Peningkatan ketekunan dalam penelitian.
Peneliti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan
cara tersebut maka kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam
secara pasti dan sistematis.
3. Triangulasi. Pengecekan data dari
berbagi sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu, meliputi triangulasi
sumber, triangulasi teknik pengumpulan data, triangulasi waktu pengumpulan
data.
4.
Analisis kasus negatif. Peneliti mencari
data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang telah ditemukan.
Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuannya, berarti
data yang sudah ditemukan dapat dipercaya.
5.
Menggunakan bahan referensi. Bahan
referensi adalah adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah temukan
oleh peneliti.
6.
Mengadakan member check. Proses
pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan memberchek
untuk mengetahui sejauh mana data yang diperoleh sesuai dengan apa yang
diberikan pemberi data.
F.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian kualitatif peranan peneliti
sangat menentukan, peneliti langsung menjadi instrumen penelitian (human instrument) yang mengumpulkan data dan informasi
melalui observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Hal ini seperti yang
dikemukan oleh Moleong (2010:168) bahwa “kedudukan peneliti dalam penelitian
kualitatif cukup rumit. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana,
pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor
hasil penelitiannya”. Sugiyono (2013:306) mengemukakan bahwa “peneliti
kualitatif sebagai human instrument,
berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan, sebagai sumber data,
melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan
data dan membuat kesimpulan atas temuannya”.
Selanjutnya
Nasution (Sugiyono, 2013:306) Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain
daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya
adalah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk pasti. Masalah, fokus
penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang
diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas
sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu.
Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan
lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat
mencapainya.
Berdasarkan
pendapat diatas dapat dipahami bahwa, dalam penelitian kualitatif pada awalnya
dimana permasalahan belum jelas dan pasti, maka yang menjadi instumen adalah
peneliti sendiri, tetapi setelah masalah yang akan dipelajari sudah jelas, maka
dapat dikembangkan suatu instrumen.
Menurut Sugiyono (2007:309) “Dalam penelitian
kualitatif, teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta
(partisipan observation), wawancara
mendalam (in depth interview),
dokumentasi dan gabungan ketiganya atau triangulasi”.
Dari kutipan
diatas jelas bahwa dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang
biasa digunakan adalah, observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Maka dalam
penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah :
1.
Observasi
Menurut Sukmadinata (2011:220) observasi
diartikan sebagai “pengamatan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan
jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang berlangsung”. Dalam
penelitian ini observasi (partisipan) yang dilakukan dalam bentuk berperan
pasif, artinya peneliti hanya sebagai pengamat terhadap berbagai peristiwa yang
terjadi dalam kegiatan objek yang diteliti.
Pelaksanaan observasi
dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut :
a. Observasi
deskriptif, pada tahap ini, peneliti berupaya memperhatikan sebanyak mungkin
objek yang akan diteliti, sehingga mendapatkan gambaran umum tentang situasi
sosial yang menjadi objek penelitian.
b. Observasi
terfokus, pada tahap ini peneliti melanjutkan kegiatan observasi deskriptif
yang lebih rinci tentang berbagai komponen yang ditemukan sebelumnya.
c. Observasi
terseleksi, pada tahap ini peneliti memilih dari sekian banyak komponen yang
telah diketahui yang menjadi perhatian utama peneliti, kemudian dilanjutkan
dengan pencarian data/informasi yang lebih lengkap dan mendalam. Selama melakukan
observasi juga digunakan beberapa catatan lapangan tentang apa yang dilihat,
didengar, dan dialami oleh personil.
Dalam
menggunakan metode observasi cara yang paling tepat menurut Arikunto (2010:272)
adalah “melengkapi format atau blangko pengamatan intrumen”.
Dengan demikian
mencatat data observasi bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan
pertimbangan dan kemudian mengadakan penilaian kedalam suatu skala bertingkat.
Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang
digambarkan akan terjadi.
2.
Wawancara
Karena tidak semua data yang dibutuhkan dapat
diperoleh melalui kegiatan observasi maka digunakan alat pengumpul data yang
lain yaitu berupa wawancara, baik secara formal maupun informal. Wawancara formal dilakukan dengan pengaturan secara
khusus, yaitu pada waktu tertentu, dilokasi yang telah direncanakan, dan
melibatkan orang-orang yang diperkirakan dapat memberikan informasi yang
dibutuhkan. Wawancara
informal dilakukan tanpa suatu aturan khusus dan dapat dilakukan dimana
saja, kapan saja, dan dapat juga dalam
suasana yang lebih
santai.
3.
Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan penting yang sudah
berlaku. Dokumen dapat berbentuk
tulisan, gambar, maupun karya-karya
monumental dari seseorang, dokumen yang dijadikan sumber data dalam penelitian
ini adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan strategi manajemen sumber daya manusia
dosen STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah.
4.
Triangulasi
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi
diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari
berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Saebani
(2008:189) menyebutkan bahwa “triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan
teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber
yang berbeda-beda untuk mendapatkan sumber yang sama”.
Peneliti menggunakan observasi partisipatif,
wawancara yang mendalam, dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara
serempak. Adapun triangulasi sumber berarti
mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.
G.
Teknik
Analisa Data
Setelah data terkumpul dari hasil
pengumpulan data, maka perlu dilakukan pengolahan data atau analisis data
dengan menggunakan perbandingan secara teoretis. Analisis data merupakan proses
penyusunan data agar dapat ditafsirkan, dalam
penelitian ini data dianalisis sesuai pendapat Nasution (Satori dan Komariah,
217) yaitu :
1. Reduksi
Data
Pada tahap reduksi kegiatan yang dilakukan
adalah menelaah seluruh data yang telah dihimpun dari lapangan sehingga dapat
ditemukan hal-hal pokok pada objek yang diteliti tersebut, kegiatan lain yang
dilakukan adalah pengumpulan data atau informasi dari catatan hasil observasi,
wawancara, dan studi dokumentasi serta mencari inti atau pokok-pokok yang
dianggap penting dari setiap aspek temuan penelitian.
2. Display
Data
Setelah melakukan reduksi data, tahap
selanjutnya adalah melakukan display (penyajian) data dengan kegiatan
menampilkan informasi yang didapatkan melalui kegiatan reduksi. Kemudian
informasi-informasi yang diperoleh baik melalui observasi maupun wawancara
dihimpun dan diorganisasikan berdasarkan fokus masalah yang diteliti. Dari
hasil display data inilah akan ditarik suatu kesimpulan sementara, yang kemudian dilanjutkan dengan kegiatan
verifikasi (pembuktian kebenaran).
3. Penarikan
Kesimpulan dan Verifikasi
Langkah terakhir yang dilakukan dalam analisis
data adalah menarik kesimpulan dan melakukan verifikasi (pembuktian kebenaran) dengan cara
trianggulasi data, sehingga diperoleh keabsahan (validity) hasil penelitian. Dalam kegiatan ini peneliti akan selalu
memelihara sikap keterbukaan dan menghindarkan diri dari sikap skeptis, agar
kesimpulan yang diambil dapat lebih rinci, mendalam, jelas (explicit), dan beralasan (grounded).
Berdasarkan kutipan diatas, jelaslah bahwa
data yang telah dikumpulkan dilapangan tidak semuanya dipergunakan dalam hasil
penelitian, akan tetapi diperlukan adanya kegiatan lebih lanjut yaitu analisis
terhadap data yang meliputi kegiatan mengerjakan, menata, dan memilih data yang
kemudian mencari pola atau yang lebih dikenal dengan tahapan reduksi, display,
dan tahap verifikasi data.
Ketiga komponen analisis tersebut terlibat
dalam proses saling berkaitan, sehingga menentukan hasil akhir dari penelitian
data yang disajikan secara sistematis berdasarkan tema-tema yang dirumuskan.
Tampilan data yang dihasilkan digunakan untuk interupsi data. Kesimpulan yang
ditarik setelah diadakan cross check
terhadap sumber lain melalui wawancara, pengamatan dan observasi.
BAB IV
HASIL
PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Penelitian
Pada bab ini
akan membahas tentang hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan pada
salah satu lembaga STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah kecamatan kebayakan kabupaten
Aceh Tengah. Hasil observasi dan wawancara merupakan teknik yang digunakan
untuk mengumpulkan data yang telah diperlukan dalam penelitian, sehingga dari
hasil penelitian banyak data yang bermanfaat bagi ketua sekolah tinggi dalam
meningkatkan manajemen sumber daya manusia pada instansi masing-masing.
Sistematika
dalam pelaporan dimulai dari pendeskripsian, penafsiran, dan penarikan
kesimpulan, sesuai dengan metode analisa data yang digunakan dalam penelitian.
Sesuai dengan fokus permasalahan yang telah ditemukan pada bab awal, maka
penyajian data ini meliputi : 1) Pelaksanaan proses rekrutmen sumber daya
manusia pada STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah, 2) Pengangkatan dan penempatan
sumber daya manusia STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah 3)
Pembinaan mutu sumber daya manusia STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah, 4)
Hambatan-hambatan yang dihadapi STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah.
1.
Proses
Rekrutmen pada STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah
Adapun proses
rekrutmen sumber daya manusia pada STKIP Muhammadiyah Aceh
Tengah melalui beberapa cara, yaitu :
a.
Penentuan
Kebutuhan
Penentuan
kebutuhan dosen baru dilaksanakan melalui penentuan jumlah dan penentuan
kualifikasi. Dalam hal penentuan jumlah kebutuhan dosen baru, perhitungan
didasarkan kepada jumlah dosen yang ada dan beban sks dosen STKIP Muhammadiyah
Aceh Tengah, kemungkinan jumlah formasi, dan jumlah mahasiswa baru. Hal ini
terungkap dari hasil wawancara penulis dengan informasi kunci (Ketua STKIP)
sebagai berikut:
Penentuan kebutuhan dosen terdiri dari
atas dua aspek yakni aspek kuantitatif dan aspek kualitatif, penentuan ini
dikaitkan dengan faktor-faktor mahasiswa, dosen dan fasilitas. Untuk membagi
jumlah SKS yang ada dengan kewajiban mengajar dosen perbulan.
Alur pemenuhan
kebutuhan dosen STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah, berawal dari penentuan jumlah
kebutuhan pada tingkat jurusan. Hasilnya merupakan bahan rapat pimpinan di
tingkat jurusan. Berdasarkan alur penentuan jumlah yang diangkat, maka dilihat
bahwa orientasi penentuan jumlah tersebut didasarkan kepada jumlah kelas,
jumlah mahasiswa, beban rata-rata dosen dan beban rata-rata mahasiswa, serta
kemampuan anggaran keuangan yayasan.
b.
Perekrutan
Tenaga Dosen
Dalam upaya
pengadaan dosen, STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah melakukan kegiatan rekrutmen
dengan membentuk panitia yang ditetapkan oleh SK Ketua STKIP Muhammadiyah Aceh
Tengah. Komposisi dan personalia kepanitiaannya melekat pada jabatan yang
berkaitan dengan bidang pekerjaan kepegawaian. Keadaan ini memperlancar
pekerjaan manakala kepanitiaan sudah dibubarkan karena jenis dan objek kerja
tetap sama.
Kebijakan
rekrutmen bagi pengangkatan dosen baru STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah adalah
lulusan S1
atau S2 dari perguruan tinggi negeri maupun swasta dengan indek prestasi minimal 2,75 dengan surat
edaran Ketua STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah yang disampaikan kepada
masing-masing ketua prodi dan kemudian ketua prodi menyampaikan kepada dosen
dan tenaga administrasi untuk diinformasikan keluar.
Berdasarkan wawancara penulis dengan Pembantu
Ketua II (PK.II) STKIP Muhammadiyah Aceh
Tengah dalam proses rekrutmen mengatakan bahwa :
Kegiatan
rekrutmen di STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah di mulai dari calon tenaga dosen
dilakukan dengan menggunakan sumber internal, yaitu para dosen atau pegawai
menginformasikan kepada teman atau kenalannya tentang adanya lowongan tenaga
dosen pada STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah kepada teman atau kenalan. Hal ini
didasarkan jumlah dosen yang direkrut biasanya tidak terlalu besar dan juga
dapat memperoleh tenaga dosen yang benar-benar memenuhi persyaratan yang
dibutuhkan
Dari keterangan
diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kegiatan rekrutmen di STKIP Muhammadiyah
Aceh Tengah dilakukan dengan memberikan informasi kepada dosen untuk mencari
tenaga dosen yang dibutuhkan, atau memberikan rekomendasi kepada para pelamar
bahwa pelamar memiliki kelayakan dan kemampuan untuk di rekrut menjadi dosen. Cara ini sangat ekonomis karena menghemat
biaya rekrutmen, dan dosen yang diterima akan berusaha untuk bekerja dengan
maksimal karena mereka berusaha untuk tidak mengecewakan orang yang telah
memberikan rekomendasi kepada dosen tersebut.
Setelah kegiatan
pencarian pelamar terpenuhi maka dilakukan kegiatan seleksi yang dilakukan oleh
panitia. Menurut mantan ketua panitia penerimaan tenaga dosen STKIP
Muhammadiyah Aceh Tengah dalam wawancara dengan penulis sebagai berikut:
Kegiatan
seleksi di STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah meliputi seleksi berkas tujuannya
untuk mengetahui apakah pelamar memenuhi persyaratan yang dibutuhkan, kemudian
dilanjutkan dengan wawancara untuk mengetahui pengalaman dan kemampuan dan
keilmuan sipelamar, kemudian seleksi potensi akademik untuk mengetahui
kemampuan potensi akademiknya.
Dari keterangan
diatas dapat penulis jabarkan bahwa seleksi tenaga dosen pada STKIP
Muhammadiyah Aceh Tengah dalam upaya mendapatkan dosen yang bermutu dilakukan
tahap-tahap seleksi sebagai berikut:
a.
Seleksi Berkas
Seleksi berkas
lamaran dilakukan untuk mengetahui apakah pelamar memiliki persyaratan yang
dibutuhkan oleh STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah atau tidak. Hasil wawancara
penulis dengan Pembantu Ketua I (PK.I) STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah
diantaranya :
Dalam
seleksi berkas pelamar harus memenuhi persyaratan berkas lamaran, seperti photo
copy ijazah S1 atau S2, photo copy transkrip nilai
dengan IPK minimal, 2,75 sesuai dengan disiplin ilmu yang dibutuhkan STKIP
Muhammadiyah Aceh Tengah, photo copy KTP, pasphoto 4x6 cm, Curiculum Vitae , surat keterangan
berbadan sehat dari dokter. Apabila persyaratan tersebut terpenuhi maka pelamar
dapat dipanggil untuk mengikuti seleksi tahap selanjutnya.
Dari hasil
wawancara diatas dapat penulis simpulkan bahwa seleksi berkas yang dilakukan
oleh STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah dalam merekrut tenaga dosen telah sesuai
dengan upaya untuk mendapatkan tenaga dosen yang dibutuhkan, hal ini dapt
dilihat dari indeks prestasi kumulatif yang dapat diterima minimal 2,75
walaupun hal ini bukan merupakan jaminan untuk mendapatkan tenaga dosen yang
bermutu tetapi indek prestasi kumulatif tersebut telah memiliki nilai Baik dan
umumnya beberapa perguruan tinggi serta lembaga lain memiliki patokan indek
prestasi kumulatif yang disyaratkan oleh STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah.
Referensi lain
berupa photo copy identitas diri merupakan hal yang sangat penting untuk
mengetahui keberadaan dari pelamar, panggilan kepada pelamar apabila diterima
dapat dikirim kealamatnya dengan tepat apabila memiliki alamat yang jelas hal
ini dapat diketahui dari photo copy identitas sipelamar. Identitas diri juga
dapat digunakan untuk menentukan apakah pelamar dapat diterima atau ditolak
karena alamat yang terlalu jauh dengan alamat tempat bekerja mempengaruhi
ketepatan kehadiran dan biaya yang dikeluarkan untuk transportasi.
Referensi yang
memberikan keterangan tentang tenaga dosen dan juga kondisi kesehatan, sehingga
dari referensi tersebut pihak STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah memperoleh pelamar
yang benar-benar memiliki pengalaman dan fisik yang sehat. Dengan mendapatkan
tenaga dosen yang berpengalaman maka diharapkan mutu dosen dari hasil
perekrutan benar-benar memiliki mutu. Begitu juga halnya dosen yang memiliki
fisik yang sehat, tentunya akan memiliki produktifitas yang tinggi dan dapat
menjalankan tugas dengan baik.
Bila ketentuan
tersebut telah dipenuhi, maka tahapan selanjutnya adalah pemanggilan para
pelamar untuk mengikuti tahapan seleksi selanjutnya.
b.
Wawancara
Wawancara
dilakukan setelah pelamar memenuhi persyaratan berkas yang dibutuhkan oleh
STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah. seleksi wawancara dilakukan oleh tim panitia
yang bertujuan untuk memperoleh informasi dari setiap pelamar, mengenai
pengalaman mengajar, kemampuan mengerjakan tugas-tugas kegiatan mengajar, serta
hal-hal yang berhubungan dengan disiplin ilmu yang dimilikinya, dan
syarat-syarat yang diajukan oleh pelamar.
Dalam proses
pelaksanaan wawancara terhadap dosen baru hasil wawancara penulis dengan Ketua
Prodi (KP) mengatakan bahwa :
Panitia
hanya menanyakan tentang beberapa hal seperti kesiapan mereka untuk bergabung
atau mengajar di STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah, juga beberapa hal yang
dianggap perlu. Dalam wawancara ini materi yang ditanyakan tidak sulit, bahkan
pertanyaan yang diajukan hanya seputar keluarga. Panitia akan mempertimbangkan
dan mempelajari informasi yang masuk, kalau calon dosen layak diterima maka
ketua akan membahasnya lagi dengan unsur-unsur pimpinan yang ada. Jika memang
sepakat diterima, maka ketua akan memutuskan untuk menerimanya.
Dari jawaban
responden dapat disimpulkan bahwa, jelas bahwa proses pelaksanaan wawancara
terhadap calon dosen pada STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah dilaksanakan oleh
dosen senior yang ditunjuk sebagai panitia, kemudian tahap selanjutnya,
dilaksanakan oleh ketua prodi dengan tidak menggunakan konsep atau materi
tertentu sama sekali atau dalam bentuk formalitas saja. Dengan kata lain pihak
STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah tidak memiliki atau menyiapkan format khusus
tentang materi-materi yang akan ditanyakan dalam proses wawancara pengadaan
dosen baru. Satu hal lagi proses seleksi pada STKIP Muhammadiyah adalah pengambilan
keputusan terhadap calon dosen yang akan diterima dilakukan oleh ketua STKIP
Muhammadiyah Aceh Tengah setelah dikoordinasikan dengan pembantu ketua dan
jurusan. Keputusan ini sangat tergantung kepada ketua dan orang-orang yang
berkaitan dengan penerimaan calon dosen yang baru.
Selanjutnya, informasi
lain penulis temukan dari hasil wawancara dengan Pembantu Ketua II (PK.II) dalam proses seleksi calon dosen baru yakni sebagai
berikut:
Panitia
membahas secara bersama-sama tentang layak atau tidaknya seorang tenaga dosen
diterima dan perlu atau tidaknya pengadaan dosen baru, namun keputusan ada ditangan ketua.
Semua dalam pengambilan keputusan tergantung kepada ketua, meskipun sebelumnya
ketua menanyakan kepada para ketua program studi dan juga kepada dosen-dosen
senior, meskipun pada akhirnya keputusan tetap berada ditangan ketua.
Dari hasil
wawancara diatas, maka dapat disimpulkan bahwa dalam proses pengambilan
keputusan lebih banyak berperan unsur pimpinan, sementara staf yang lain akan
menyetujui setiap keputusan yang diambil oleh pimpinan. Hal ini disebabkan
karena kebanyakan calon dosen tersebut memang berasal dari lingkungan STKIP
Muhammadiyah Aceh Tengah, yang pada dasarnya mereka telah mengetahui
siapa-siapa calon dosen tersebut. Mengenai proses pengambilan keputusan yang
lebih banyak berperan adalah dari unsur pimpinan, ini merupakan komitmen dari
proses pemilihan pimpinan tersebut, dimana pimpinan dipilih berdasarkan proses
demokrasi sehingga dengan sendirinya para staf akan mengikuti setiap keputusan
yang dibuat oleh unsur pimpinan tersebut, selama keputusan tersebut masih
relevan.
2.
Penempatan
Sumber Daya Manusia STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah
Dari setiap
pekerja dalam organisasi diharapkan adanya komitmen penuh terhadap organisasi,
tidak sekedar ketaatan kepada berbagai ketentuan kepegawaian yang berlaku dalam
organisasi yang bersangkutan. Tetapi dalam organisasi pun mutlak perlu
menanamkan keyakinan dalam diri karyawan itu bahwa dengan komitmen penuh pada organisasi,
berbagai harapan, cita-cita dan kebutuhan para karyawan akan terwujud dan
terpenuhi. Tingginya persentasi pegawai baru yang berhenti bukanlah hal yang
luar biasa. Dikatakan demikian bukan hanya keadaan seperti itu lumrah terjadi,
akan tetapi juga karena memang lebih baik apabila orang-orang tertentu berhenti
secepatnya sebelum organisasi mengeluarkan biaya yang lebih besar untuk
membayar gaji, asuransi, kesejahteraan pegawai dan pengembangannya, padahal
mereka tidak akan berkarya dalam waktu yang cukup lama bagi organisasi.
Para pejabat dan
petugas yang bertanggung jawab mengelola sumber daya manusia dalam organisasi
perlu bersikap proaktif dalam arti mereka harus mampu mengambil langkah-langkah
yang diperlukan agar para pegawai baru merasa betah. Banyak orang berpendapat
bahwa penempatan merupakan akhir dari proses seleksi. Padahal konsep penempatan
mencakup promosi dan transfer. Dikatakan demikian karena sebagaimana halnya
dengan pegawai baru, pegawai lamapun perlu direkrut secara internal, perlu
dipilih dan biasanya juga menjalani program pengenalan sebelum mereka
ditempatkan pada posisi baru dan mereka melakukan pekerjaan baru pula. Memang
benar proses seleksi dan pengenalan harus dilaluinya berbeda dari yang dialami
oleh para pegawai baru.
Penempatan
sumber daya manusia yang pada tempatnya tentunya akan menghasilkan kinerja yang
maksimal, karena bagaimanapun setidaknya mereka akan memahami dan menguasai
bidang mereka sesuai dengan kualifikasi pendidikan mereka. Dalam melakukan
penempatan pegawai hendaknya mempertimbangkan faktor-faktor antara lain sebagai
berikut:
a. Pendidikan,
yaitu pendidikan minimum yang disyaratkan.
b. Pengetahuan
kerja, yaitu pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang tenaga kerja agar
dapat melakukan kerja dengan wajar.
c. Keterampilan
kerja, yaitu keahlian dalam melakukan suatu pekerjaan .
Pada STKIP
Muhammadiyah Aceh Tengah penempatan tenaga dosen tidak sesuai sehingga
mengakibatkan pembagian mata kuliah belum sepenuhnya berdasarkan keahlian namun
lebih berdasarkan pada pemerataan. Juga dalam pembagian mata kuliah masih banyak
dosen yang mengajar tidak sesuai dengan kualifikasi dosen tersebut. Hal ini
tentunya sangat mengkhawatirkan karena pada dasarnya dosen yang mengajar, yang
tidak memiliki latar belakang pendidikan yang diajarkan tentunya sangat
kesulitan dalam mentransfer ilmunya.
Hasil wawancara
penulis dengan dosen (D. I) STKIP Muhammadiyah Aceh tengah tentang penempatan
sumber daya manusia juga mengatakan bahwa:
Meskipun
ada diantara para dosen tidak memiliki kualifikasi yang sama dengan apa yang
diajarkan, asalkan mereka dekat dengan atasan dan mereka memiliki banyak sks
yang akan diajarkan, padahal mereka tau kalau mereka tidak mampu mengajar mata
kuliah tersebut. Dalam hal ini banyak dosen yang dekat dengan ketua yang
mengasuh mata kuliah lebih banyak, dengan alasan orang tua dosen tersebut
sangat berjasa dalam pendirian kampus itu.
Selanjutnya,
hasil wawancara penulis dengan dosen (D. 2) yang lain juga berpendapat bahwa :
Walaupun
semua orang tau, dosen mana yang mampu dan yang tidak mampu dalam proses belajar
mengajar, tetapi dosen yang nyata-nyata tidak mampu tersebut memegang banyak
mata kuliah dan bahkan dosen tersebut mendapat promosi dari atasan. Hal ini
sangat memprihatinkan karena ketua tidak membatasi jumlah sks yang diasuh oleh dosen yang tidak
bisa mengajar. Hanya saja karena kedekatan dengan atasan membuat dosen tersebut
bisa mengajar tanpa rasa khawatir dan bahkan dosen tersebut merasa berada
diatas angin tanpa memikirkan dampak dari apa yang dia ajarkan karena dosen
tersebut mengajar yang bukan jurusannya.
Dari hasil
wawancara dapat diketahui bahwa penempatan sumber daya manusia STKIP
Muhammadiyah Aceh Tengah belum berdasarkan pada penempatan yang sebenarnya,
yaitu menempatkan dosen sesuai dengan kualifikasinya agar tercapai apa yang
diharapkan, terutama keprofesionalan sumber daya manusianya.
3.
Pembinaan
Sumber Daya Manusia STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah.
Pelatihan atau pembinaan merupakan wahana
untuk membangun sumber daya manusia menuju era globalisasi yang penuh dengan
tantangan. Disadari atau tidak, penempatan karyawan dalam suatu bidang kerja
tidak dapat menjamin bahwa mereka akan otomatis suskses dalam pekerjaannya.
Karyawan baru sering tidak tahu pasti apa peranan dan tanggung jawab mereka.
Permintaan pekerjaan dan kemampuan karyawan harus diseimbangkan melalui proses
orientasi dan pelatihan. Kegiatan tersebut sangatlah diperlukan dalam organisasi.
Apabila calon
dosen telah dilatih dan dibina juga telah mahir dalam bidang pekerjaannya,
mereka memerlukan pengembangan lebih lanjut untuk mempersiapkan tanggung jawab
mereka dimasa mendatang. Meskipun kegiatan pelatihan dapat membantu karyawan
untuk mengerjakan tugasnya yang ada sekarang, manfaat kegiatan pelatihan dapat
terus diperluas melalui pembinaan karir karyawan dan membantu mengembangkan
karyawan tersebut untuk mengemban tanggung jawabnya di masa mendatang. Tujuan pembinaan adalah untuk meningkatkan
produktivitas dan keprofessionalan pegawai, atau dengan kata lain adalah untuk
meningkatkan efektifitas dan efisien pegawai. Berdasarkan rekapitulasi jawaban
para pembantu ketua, ketua program studi dan juga para dosen pembinaan dan
pengembangan sumber daya manusia STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah dilakukan
melalui pembinaan terhadap dosen baru
(junior). Pembinaaan terhadap dosen baru
(junior) dilaksanakan oleh para dosen
senior yang dipilih dan ditunjuk oleh ketua prodi. Dalam pelaksanaannya, dosen
senior harus mendampingi dosen junior dalam perkuliahan, minimal dalam satu
mata kuliah. Berdasarkan informasi yang diperoleh pembinaan terhadap dosen baru
ini tidak terlaksana sebagaimana mestinya, karena masih banyak dosen senior
yang tidak melakukan pembinaan terhadap dosen junior yang menjadi asistennya.
Hal ini terungkap dari wawancara penulis
dengan informan kunci (K) dengan hasil wawancara sebagai berikut :
Program
pengkaderan atau pembinaan dosen baru sudah dibuat, hanya saja pelaksanaannya
belum maksimal. Hal ini dikarenakan ketua tidak membentuk panitia dalam proses
pembinaan ini, sehingga para dosen yang seharusnya ditunjuk sebagai panitia
dalam proses pembinaan ini tidak lari dari tanggung jawabnya. Para dosen senior
yang pada saat itu dipercayakan sebagai pelatih dan juga pembina dalam
pengembangan sumber daya manusia yang baru dikampus tidak bertanggung jawab.
Hal ini juga
diperkuat dengan wawancara penulis dengan Pembantu Ketua II (PK.II) dengan
hasil wawancara sebagai berikut:
Banyak
dosen senior yang tidak dapat melaksanakan pengkaderan atau pembinaan, atau
mendampingi dosen junior yang dibimbingnya. Program pengkaderan ini seperti
halnya di prodi-prodi tidak terlaksana
dengan baik, dan ini harus dibenahi lagi. Banyak hal yang mempengaruhi,
sehingga proses pembinaan itu tidak terlaksana seperti yang diharapkan,
diantaranya kebanyakan dosen memiliki kesibukan diluar kampus, sehingga
terkadang mereka memanfaatkan asistennya, juga hal ini disebabkan menyangkut
pembayaran honor yang tidak jelas pengaturannya dalam program pembinaan ini.
Namun hal ini tidak menjadi masalah jika sudah ada kesepakatan diantara mereka.
Informasi pendukung lainnya penulis dapatkan
dari hasil wawancara dengan salah seorang dosen junior (asisten dosen) sebagai
berikut:
Dari
awal perkuliahan sampai selesai kuliah semua tanggung jawab dan perkuliahan
diserahkan kepada asitennya. Dan selama mengajar dikampus STKIP Muhammadiyah
Aceh Tengah tidak pernah mendapatkan pembinaan dan pengarahan dari dosen
senior, apalagi didampingi. Jadi dosen junior yang berada pada kampus tersebut
sudah terbiasa dengan keadaan seperti ini, dengan alasan dosen senior siap
membantu dosen yang junior jika ada permasalahan.
Untuk
mendapatkan informasi lebih lanjut wawancara dilanjutkan kepada beberapa dosen
yang ditunjuk sebagai dosen yang bertanggung jawab terhadap proses pengkaderan,
untuk mengetahui hal-hal yang menyebabkan kenapa dosen senior yang ditunjuk
tidak mendampingi dosen yang baru tersebut, dengan hasil wawancara senada
mereka mengemukakan alasan bahwa mereka memang menyerahkan kesempatan dan
tanggung jawab langsung kepada dosen baru. Dengan asumsi bahwa hal tersebut
juga sudah merupakan salah satu dari proses pengkaderan, lebih lanjut mereka
mengemukakan kesiapan mereka untuk memberikan bantuan jika memang diperlukan.
Pembinaan juga dilakukan pada dosen junior
dengan melakukan kegiatan ilmiah dalam kegiatan pelatihan dan penataran untuk
memperluas wawasan, terutama dalam hal mengajar dan mendorong mereka untuk
terus meningkatkan pengetahuan. Ketua juga memberi kesempatan kepada dosen untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang
lebih tinggi. Dalam proses ini pihak
pimpinan STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah selalu memberikan motivasi kepada para
dosen untuk mengembangkan pendidikan.
Namun dosen-dosen
STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah yang melanjutkan pendidikan pada umumnya atas
kemauan dan biaya sendiri, juga memilih bidang studi yang diambilnya, sehingga
umumnya tidak relevan dengan bidang studi yang dikehendaki sesuai dengan
persyaratan akreditasi.
Hasil wawancara penulis dengan ketua STKIP
Muhammadiyah Aceh Tengah tentang pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia,
juga mengatakan bahwa :
Dukungan
terhadap keinginan para dosen untuk melanjutkan pendidikan sangat besar. Karena
keterbatasan dana, untuk membiayai honor atau gaji dosen saja kesulitan, karena
sumber dana hanya berasal dari SPP yang masuk, subsidi pemerintah dan dari pihak donatur
tidak dapat diharapkan. Tentunya dalam hal ini ketua sangat merasa kesulitan
untuk mengirim dosennya untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih
tinggi. Misalnya ada prodi sangat memerlukan dosen yang berkualifikasi
tertentu, tapi masalahnya tetap saja pada pendanaan yang tidak memadai. Karena
kesulitan dana dosen yang melanjutkan kuliah yang memakai dana pribadi tidak
banyak yang mengambil jurusan yang relevan seperti jurusan yang dibutuhkan
prodi.
Selanjutnya,
hasil wawancara penulis dengan seorang dosen yang sedang melanjutkan studi pada
program pasca sarjana dengan biaya sendiri, sebagai berikut:
Pemilihan
jurusan sesuai dengan keinginan pribadi, hal ini karena biaya yang dikeluarkan
adalah biaya pribadi, jadi tidak merugikan siapapun untuk hal pemilihan jurusan
ini, yang penting melanjutkan kuliah dan mendapat gelar magister. Tidak perduli
apakah jurusan itu relevan atau tidak.
Informasi yang
didapat bisa diambil kesimpulan bahwa proses pengembangan dosen pada STKIP
Muhammadiyah Aceh Tengah masih belum terlaksana dengan baik serta tidak
didukung dengan pendanaan yang memadai. Sumber dana yang relatif kecil membuat
pimpinan STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah lebih mengutamakan pendanaan terhadap
hal-hal yang dianggap lebih penting seperti terhadap proses pengelolaan lembaga
tinggi itu sendiri tapi belum kepada proses pengambangan.
4.
Hambatan-hambatan
yang dihadapi STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah dalam mengelola sumber daya
manusia.
Secara teoretis
ketua selaku pimpinan tertinggi dikampus mempunyai wewenang penting dalam
manajemen tata kelola dalam lingkungan sekolah tinggi yang dipimpinnya, tentu
ketua harus memiliki kelebihan dibandingkan dengan para dosen yang lain. Maka menjadi
ketua harus memiliki strategi yang tepat dan akurat dalam meningkatkan
manajemen sumber daya manusianya. Namun, dalam pelaksanaannya tidak selamanya
berjalan lancar sebagaimana telah diprogramkan.
Berdasarkan
rekapitulasi jawaban pembantu ketua, ketua prodi, dan juga para dosen tentang hambatan
ketua dalam mengelola sumber daya manusia antara lain terjadi karena pendanaan.
Pengelolaan dosen STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah sangat tergantung kepada
pendanaan yang ada, dan STKIP merupakan perguruan tinggi swasta yang dalam
proses pengelolaannya harus mengupayakan pendanaan sendiri.
Sumber pendanaan
STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah berasal dari SPP, donator, dan subsidi
pemerintah. Sumber-sumber ini digunakan untuk mendanai lembaga, diantaranya
juga dalam pendanaan proses belajar mengajar, dari ketiga sumber dana tersebut,
satu-satunya sumber dana bersifat tetap adalah dari pembayaran SPP, sementara
dari pihak donatur dan subsidi
pemerintah bersifat tidak tetap.
Hambatan lain
yang dihadapi ketua STKIP Muhammadiyah
Aceh Tengah adalah Kebanyakan dosen mempunyai pekerjaan pokok diluar
kampus. Hal ini disebabkan karena honorarium yang sangat kecil sehingga membuat
banyak dosen berusaha mencari tambahan diluar kampus, juga sebagian dosen yang
mengajar pada STKIP Muhammadiyah Aceh tengah berstatus pegawai negeri sipil
pada instansi pemerintahan.
B.
Pembahasan
Pembahasan ini
dimaksudkan untuk memaparkan pokok-pokok temuan yang diperoleh dilapangan,
selanjutnya dianalisis data dan temuan tersebut baik berupa penguat untuk
pengambilan kesimpulan implikasinya terhadap penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian terungkap program
pengembangan dosen dibidang pendidikan antara lain: pelatihan singkat, penataran, dan lokakarya,
dalam pembinaan keilmuan yang relevan bagi dosen, dan program pelatihan.
Adapun sasaran yang ingin di capai adalah
peningkatan kualitas sumber daya manusia dosen, sehingga kinerja dosen
dilingkungan STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah semakin meningkat. Dengan adanya
program pengembangan dosen ini diharapkan dapat melahirkan dosen yang menjiwai
tri darma perguruan tinggi, serta memiliki kualifikasi dan kompetensi yang
baik.
Untuk mendapatkan gambaran tentang strategi manajemen
sumber daya manusia STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah, dapat ditelusuri dari
beberapa rangkaian komponen manajemen sumber daya manusia yaitu : Analisis
pekerjaan (job Analysis), perencanaan
sumber daya manusia yang dilakukan melalui rekrutmen, seleksi, orientasi,
pelatihan, dan pengembangan terhadap sumber daya manusia, penilaian prestasi
kerja serta sistem imbalan yang diberikan kepada sumber daya manusia. Namun
tidak semua komponen tersebut penulis jabarkan disini, namun dari bebarapa
bagian komponen saja yang penulis paparkan.
Untuk lebih jelasnya rangkaian komponen
manajemen sumber daya manusia STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah akan diuraikan
sebagai berikut:
1.
Proses
Rekrutmen Tenaga Dosen STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah.
Proses
rekrutmen dimulai pada waktu diambil langkah mencari pelamar dan berakhir
ketika para pelamar mengajukan lamarannya, artinya, secara konseptual dapat
dikatakan bahwa langkah yang segera mengikuti proses rekrutmen, yaitu seleksi.
Jika proses rekrutmen ditempuh dengan tepat dan baik, tentu hasilnya adalah
sekelompok pelamar yang kemudian di seleksi guna menjamin bahwa hanya yang
paling memenuhi semua persayaratanlah yang diterima sebagai pekerja dalam organisasi
yang memerlukannya.
Berbagai langkah
yang diambil dalam proses rekrutmen pada dasarnya merupakan salah satu tugas
pokok satuan organisasi yang mengelola sumber daya manusia. Dalam melaksanakan
tugas rekrutmen para pencari tenaga kerja mendasarkan kegiatannya pada
perencanaan sumber daya manusia yang telah ditentukan sebelumnya.
Menurut Siagian
(2012:112) “kegiatan rekrutmen dimulai dari di ambil langkah mencari pelamar
dan berakhir ketika para pelamar mengajukan lamaran”. Dari pernyataan tersebut
perlu adanya persyaratan tersebut perlu adanya persyaratan bagi pelamar untuk
mendapatkan personil atau tenaga dosen yang diharapkan dan harus melalui
tahapan-tahapan rekrutmen. Adapun tahapan rekrutmen antara lain sebagai
berikut:
a. Pemasangan
Iklan
Untuk melakukan
rekrutmen dapat dilakukan dengan pemasangan iklan baik pada media cetak maupun
media elektronik, dengan adanya iklan tersebut diharapkan informasi tentang
adanya lowongan pekerjaan dapat diketahui oleh para pencari pekerjaan.
Pemasangan iklan di media sangat efektif karena dapat diketahui oleh masyarakat
luas.
Sebagaimana yang
dikemukakan oleh Siagian (2012:115) “Pemasangan iklan merupakan salah satu cara
yang paling sering dipergunakan. Iklan dapat dipasang di berbagai tempat dengan
menggunakan berbagai media baik yang
visual, seperti surat kabar, majalah, selebaran yang ditempelkan di berbagai
tempat yang ramai dikunjungi orang”. Dalam iklan tersebut diinformasikan jenis
lowongan, persyaratan yang harus di penuhi pelamar, seperti umur, jenis
kelamin, pendidikan, pengalaman, domisili, termasuk nama dan alamat perguruan
tinggi pencari tenaga dosen.
b. Kerjasama
dengan Instansi Pemerintah
Kegiatan
untuk merekrut pelamar dapat dilakukan dengan melakukan kerjasama dengan
instansi pemerintah melalui departemen tenaga kerja atau dinas tenaga kerja.
Instansi pemerintah tersebut dapat memberikan informasi tentang kebutuhan dosen
pada perguruan tinggi yang membutuhkan tenaga dosen.
Menurut Siagian
( 2012:117) “ kerjasama tersebut dapat berwujud satu pihak pemakai tenaga kerja
menyampaikan tentang informasi, berbagai lowongan yang tersedia dalam
organisasi masing-masing dan lain pihak penyampaian informasi tersebut kepada
pencari kerja yang terdaftar pada kantor tenaga kerja yang bersangkutan”.
`Salah
satu manfaat penggunaan cara ini adalah bahwa persyaratan yang ditentukan oleh
lembaga pendidikan tinggi dapat dengan mudah membaca informasi lowongan
pekerjaan yang ditempelkan pada papan pengumuman.
c.
Lamaran berdasarkan
Informasi Orang Dalam.
Kebutuhan
dosen dapat dipenuhi dengan memberikan informasi kepada dosen untuk mencari
tenaga dosen yang dibutuhkan, atau memberikan rekomendasi kepada para pelamar
bahwa mereka memiliki kelayakan atau kemampuan untuk direkrut menjadi dosen. Hal
ini sangat ekonomis karena menghemat biaya rekrutmen dan para dosen atau
pegawai yang menginformasikan lowongan kepada teman atau kenalan akan berusaha
agar hanya calon pelamar yang memenuhi persyaratan yang melamar.
Menurut
Siagian (2012:115) sumber rekrutmen layak
dipertimbangkan karena:
1.
Para pelamar tenaga kerja baru
memperoleh bantuan,sehingga biaya yang dikeluarkan oleh organisasi lebih
ringan.
2.
Para pegawai yang menginformasikan
lowongan pekerjaan itu kepada teman atau kenalannya akan berusaha agar hanya
yang paling memenuhi syaratlah yang melamar.
3.
Para pelamar sudah memiliki bahan
informasi tentang organisasi yang akan dimasukinya sehingga lebih mudah
melakukan berbagai penyesuaian yang diperlukan jika lamarannya ternyata
diterima.
4.
Pengalaman banyak organisasi menunjukkan
bahwa pekerja yang diterima melalui jalur ini menjadi pekerja yang baik karena
mereka biasanya berusaha untuk tidak mengecewakan orang yang membawa mereka ke
dalam organisasi.
Proses rekrutmen
dosen STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah dilakukan pada awal semester, baik pada
semester ganjil maupun pada semester genap. Rekrutmen dosen pada STKIP
Muhammadiyah Aceh Tengah dilakukan melalui beberapa sumber yakni rekomendasi
orang dalam dan koneksi.
Dalam
pengadaan tenaga dosen baru, STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah tidak membuat
pengumuman resmi melalui media massa. Informasi yang didapat oleh pelamar
umumnya berasal dari orang dalam. Calon dosen mengajukan lamaran dengan alasan
yang berbeda diantaranya untuk mengembangkan ilmu pengetahuan, serta untuk
menambah kegiatan dan pengalaman. Calon dosen yang masuk ke STKIP Muhammadiyah
Aceh Tengah juga berdasarkan sistem koneksi atau adanya hubungan antara calon
dosen tersebut dengan orang dalam. Calon dosen biasanya langsung menyampaikan dan
menyodorkan surat lamarannya kepada ketua prodi atau ketua STKIP Muhammadiyah
Aceh Tengah.
2.
Penempatan
Sumber Daya Manusia STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah.
Pengangkatan dimasa sekarang lebih
berorientasi kepada kualitas dengan harapan agar ketua selalu bersikap
kompetitif dan selektif. Peningkatan dosen tanpa memperhatikan kriteria telah
menyebabkan mereka melakukan dosa-dosa selama menjadi ketua. Apalagi jabatan
ketua cendrung bersifat jabatan abadi. Pendataan dan evaluasi terhadap
kekurangan dilimpahkan pada dosen lain. Untuk kebutuhan kampus sangatlah
tergantung pada kondisi dan situasi dilapangan sebagai bagian dari upaya
penyegaran dan peremajaan atau promosi bagi setiap dosen yang berprestasi.
Ada beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan
dalam penempatan sumber daya manusia
seperti yang dikemukakan oleh Schuler dan Jackson (Yuniarsi dan Suwatno,
2013 :117) antara lain :
1. Pendidikan,
yaitu pendidikan minimum yang disyaratkan.
2. Pengetahuan
kerja, yaitu pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang tenaga kerja agar
dapat melakukan kerja dengan wajar.
3. Keterampilan
kerja, yaitu kecakapan dan keahlian untuk melakukan suatu pekerjaan yang hanya
diperoleh dalam praktek.
4. Pengalaman
kerja, yaitu pengalaman seseorang tenaga kerja untuk melakukan pekerjaan
tertentu.
Penempatan pegawai tidak hanya sekedar
penempatan saja, melainkan harus mencocokkan dan membandingkan kualifikasi yang
dimiliki sumber daya manusia dengan kebutuhan dan persyaratan dari suatu
jabatan atau pekerjaan, sehingga the
right man on the right job tercapai. Hasibuan (Yuniarsih dan Suwatno,
2013:116) menegaskan bahwa penempatan pegawai hendaklah memperhatikan : azas
penempatan orang-orang yang tepat dan penempatan orang yang tepat untuk yang
tepat atau the right man on the right
place and the right man behind the right job. Jadi dapat diambil kesimpulan
bahwa penempatan merupakan bagian yang penting dari manajemen sumber daya
manusia dalam mencapai keberhasilan organisasi.
3.
Pembinaan
Mutu Sumber Daya Manusia STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah
Pelatihan merupakan
wahana untuk membangun sumber daya manusia menuju era globalisasi yang penuh
dengan tantangan. Karena itu, kegiatan pembinaan tidak dapat diabaikan begitu
saja terutama dalam memasuki era persaingan yang semakin ketat, tajam, berat
pada abad milenium ini.
Tujuan pembinaan
ini adalah untuk peningkatan produktivitas dan keprofessionalan pegawai, atau
dengan kata lain adalah untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi kerja
pegawai. Pembinaan terhadap pegawai dapat dilakukan melalui kegiatan ilmiah
dalam bentu diskusi, serta mengirim para dosen tersebut dalam kegiatan
pelatihan dan penataran untuk memperluas wawasan terutama dalam hal kemampuan
mengajar dan mendorong mereka untuk terus meningkatkan pengetahuan mereka.
Salah satu upaya
meningkatan mutu pendidikan adalah dengan melakukan yang sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal ini ketua merupakan motor
penggerak utama bagi sumber daya manusia dalam suatu proses pencapaian tujuan
pendidikan sebagaimana yang diharapkan sehingga dapat dikatakan bahwa sukses
tidaknya kegiatan kampus sebagian besar ditentukan oleh kualitas ketua dalam
membimbing dan membina sumber daya manusia yang ada, ini terbukti dari beberpa
kampus yang dosen berkualitas dapat membawa dampak yang sangat baik bagi
peningkatan mutu pendidikan.
Wexley dan
Latham (Marwansyah, 2010:153) mendefinisikan pelatihan dan pengembangan sebagai
“a planned effort by an organization to
facilitate the learning of job related behavior on the part of its employees.
The term behavior is used in the broad sense to include any knowledge and skill
acquired by an employee through practice”. (upaya terencana oleh sebuah
organisasi untuk memfasilitasi karyawannya dalam mempelajari perilaku yang
terkait dengan pekerjaan. Istilah perilaku digunakan dalam arti luas, yang meliputi
setiap pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh karyawan melalui praktik
atau pengalaman langsung).
Selanjutnya
Rivai (2009:212) mendefinisikan pelatihan adalah “proses sistematis mengubah
titngkah laku pegawai untuk mencapai tujuan organisasi”. Pelatihan adalah salah
satu bentuk edukasi dengan prinsip-prinsip pembelajaran”.
Banyak
langkah-langkah yang telah ditentukan dalam pembinaan tenaga dosen yang
sasarannya adalah untuk menjamin konsistensi dalam menyusun program pembinaan
yang mencakup materi, metode, cara penyampaian dan sarana pelatihan. Rivai
(2009:214) menyebutkan beberapa sasaran pembinaan yang dapat dirumuskan dengan
jelas dan dapat bermanfaat antara lain :
1.
Memudahkan komunikasi antara penyusunan
program pembinaan dengan pihak yang memerlukan pembinaan.
2.
Memberikan kejelasan bagi para peserta
tentang apa yang harus dilakukan dalam rangka mencapai sasaran.
3.
Memudahkan penilaian peserta dalam
mengikuti pembinaan.
4.
Memudahkan penilaian hasil program pembinaan.
5.
Menghindari kemungkinan komplik antara
penyelenggara dengan orang yang meminta pembinaan mengenai efektivitas
pembinaan dan pelatihan yang diselenggarakan.
Sasaran
pembinaan yang dapat dirumuskan dengan jelas akan dijadikan sebagai acuan
penting dalam menentukan materi yang akan diberikan, cara dan sarana-sarana yang
diperlukan. Adapun tujuan pelatihan dan
pengembangan sumber daya manusia ini menurut Marwansyah (2010:156) adalah “agar
individu dalam situasi kerja, dapat memperoleh kemampuan untuk mengerjakan
tugas-tugas atau pekerjaan tertentu secara memuaskan”.
Pengangkatan
dosen baru merupakan tindak lanjut dari langkah rekrutmen dan seleksi. Tahap
awal upaya pembinaan dosen baru bagi pengembangan keahlian dosen berupa
pengenalan seluruh tatanan dan aturan-aturan institusi, hak dan kewajiban dosen
sebagai civitas akademika. Program utama yang ditempuh dan menjadi temuan
penelitian ini adalah: a). pengembangan staf melalui pertemuan-pertemuan ilmiah, b).
penataran, c). lokakarya
dan, d). bimbingan
senior-junior.
Pengembangan staf
melalui pertemuan-pertemuan ilmiah ini merupakan bagian dari kebijakan-kebijakan
pengembangan staf dosen STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah. Bentuk kegiatannya
berupa lokakarya, seminar dan diskusi. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
pengetahuan dosen pada perkembangan ilmu yang mutakhir, disamping sebagai
pembentukan suasana akademik, dari kampus. Kegiatan tersebut pada berbagai
tingkatan unit kegiatan akademik. Pertemuan ilmiah juga berfungsi sebagai
tempat bagi pengembangan akademik yang bertanggung jawab dan dilandasi oleh
nilai-nilai moral. Sebagai bagian dari pembinaan dosen, pertemuan ilmiah
dilaksanakan didalam dan diluar kampus.
Pembinaan dosen
melalui panataran dan lokakarya merupakan bagian dari kebijakan pembinaan staf.
Pelaksanaan program ini didasarkan pada kelemahan yang ditemukan pada dosen.
Karena itu sasarannya lebih jelas serta indikator capaianya lebih terukur, baik
dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar, dan aktivitas riset. Bentuk
kegiatan ini efektivitasnya tinggi, bisa dilihat dari pengukuran proses
pelaksanaan. Namun apabila dilihat dalam rentang waktu yang panjang
keberhasilan itu bersifat sementara. Penataran dan lokarya itu bisa dilakukan
oleh kampus sendiri maupun diluar kampus. Untuk memverifikasi keberhasilan
suatu program para ketua meminta agar kegiatan pembinaan dievaluasi secara
sistematis, termasuk pengelola atau pelaksana pendidikan dan pelatihan.
Dikampus STKIP
Muhammadiyah Aceh Tengah materi penataran meliputi seluruh tugas dosen yang
berkaitan dengan bahan dan metode pengajaran, penelitian dan pengabdian pada
masyarakat.
Untuk
meningkatkan mutu dosen junior, STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah mengikut
sertakan para dosen dalam berbagai penataran dan lokakarya baik yang diadakan
oleh pihak kampus maupun oleh pihak Kopertis dan Dikti, tetapi karena
keterbatasan dana maka kegiatan penataran yang dilakukan di kampus STKIP
Muhammadiyah Aceh Tengah ini tidak terlalu rutin dilakukan. Sedangkan kegiatan
penataran yang dilakukan oleh Dikti ataupun Kopertis jumlah peserta yang dapat
mengikutinya juga terbatas. Sehingga dosen junior di STKIP Muhammadiyah jarang
mengikuti kegiatan penataran tersebut.
Sistem pembinaan
lain pada STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah adalah bimbingan dosen senior, yang
merupakan cara pengembangan mutu dosen yang konvensional, namun tingkat
efektifitasnya tinggi. Pembinaan terhadap dosen baru dilaksanakan oleh para dosen
senior yang dipilih dan ditunjuk oleh ketua prodi. Dalam pelaksanaannya, dosen
senior harus mendampingi dosen junior dalam perkuliahan, minimal dalam satu
mata kuliah. Berdasarkan informasi yang diperoleh pembinaan terhadap dosen baru
ini tidak terlaksana sebagaimana mestinya, karena masih banyak dosen senior yang
tidak melakukan pembinaan kepada dosen junior yang menjadi asistennya.
Pembinaan
terhadap dosen junior juga dilakukan dengan melakukan kegiatan ilmiah dalam
bentuk diskusi, serta mengirim mereka dalam kegiatan pelatihan dan penataran
untuk memperluas wawasan terutama dalam hal kemampuan mengajar dan mendorong
mereka untuk terus meningkatkan pengetahuan yakni memberikan kesempatan untuk
melanjutkan pendidikan pada program S2 dan S3.
Dalam proses ini
pihak pimpinan STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah selalu memberikan motivasi kepada
para dosen untuk mengembangkan pendidikan. Terutama bagi dosen tetap yayasan,
dosen tetap yayasan adalah dosen yang mengajar pada kampus dan menjadi tugas
pokok utama dikampus tersebut. Tetapi
proses pengembangan dosen pada STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah masih belum
didasarkan pada perencanaan yang jelas, baik dalam program jangka pendek,
menengah maupun program jangka panjang, serta tidak didukung dengan pendanaan
yang memadai.
Dosen-dosen
STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah yang melanjutkan studi umumnya atas kemauan dan
biaya sendiri, juga dalam memilih bidang studi yang diambilnya, sehingga
umumnya tidak relevan dengan bidang studi yang mereka ambil.
4.
Hambatan-hambatan
yang dihadapi STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah.
Setiap pekerjaan yang berhubungan dengan
banyak orang pasti memiliki kendala dan hambatan. Setiap sekolah tinggi pasti
berbeda kendala yang dihadapi karena berbeda lingkungannya dan kendala itupun
bervariasi ada yang besar dan ada yang kecil, ada yang bersifat individual ada
juga yang bersifat umum sehingga apabila permasalahannya kecil ketua langsung
mengambil tindakan sedangkan apabila permasalahannnya besar ketua dibantu oleh
dosen-dosen juga memberi wewenang kepada atasannya.
Adapun hambatan yang dihadapi ketua STKIP Muhammadiyah
Aceh Tengah dalam menerapkan strategi manajemen adalah pemberdayaan sumber daya manusia
yang ada karena kebanyakan dosen mempunyai pekerjaan pokok diluar kampus dan berstatus
pegawai negeri sipil pada instansi pemerintah.
BAB V
PENUTUP
Bab V akan mengemukakan kesimpulan, rekomendasi dan
saran berdasarkan hasil penelitian. Kesimpulan ini merupakan pemaknaan secara
terpadu seluruh hasil penelitian tentang strategi manajemen sumber daya manusia
STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah. Rekomendasi merupakan anjuran implikasi dari
hasil penelitian, terutama bagi pengambil keputusan dan kebijakan yang
berkaitan dengan sumber daya manusia. Saran merupakan harapan yang diajukan
kepada pihak yang berkompeten untuk dapat dilaksanakan, baik untuk perbaikan,
mempertahankan maupun untuk meningkatkan.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data dapat diambil kesimpulan,
diantara lain sebagai berikut:
1. Proses
perekrutan dosen STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah didasarkan pada penentuan
kebutuhan, yakni dengan penentuan jumlah dan kualifikasi. Dalam hal
penentuan jumlah kebutuhan dosen baru, perhitungan didasarkan
kepada jumlah dosen dan beban SKS dosen STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah, jumlah
formasi, dan jumlah mahasiswa baru, kemudian melakukan tahapan-tahapan seleksi
berkas dan wawancara.
2.
77
|
3. Aspek pembinaan meliputi pengembangan staf
melalui pertemuan-pertemuan ilmiah, penataran, lokakarya, bimbingan
senior-junior, mengirim dosen pada kegiatan pelatihan untuk memperluas wawasan
terutama dalam hal kemampuan mengajar dan untuk mendorong mereka untuk terus
meningkatkan pengetahuan serta memberikan kesempatan kepada para dosen untuk
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
4. Hambatan-hambatan
yang dihadapi STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah dalam mengelola sumber daya yang
ada antara lain sebagai berikut :
a. Pengelolaan sumber daya manusia STKIP
Muhammadiyah Aceh Tengah sangatlah tergantung pada pendanaan yang ada, dan
STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah merupakan perguruan tinggi swasta yang dalam
proses pengelolaannya harus mengupayakan dana sendiri. Sumber pendanaan STKIP
Muhammadiyah Aceh Tengah berasal dari SPP mahasiswa, donatur dan subsidi
pemerintah. Sumber-sumber ini digunakan untuk mendanai lembaga, diantaranya
juga dalam pendanaan proses belajar mengajar, dari ketiga sumber dana tersebut,
sumber dana satu-satunya sumber dana yang bersifat tetap adalah dari pembayaran
SPP mahasiswa, sementara dari para donatur dan subsidi pemerintah sangat minim.
b. Kebanyakan
dari dosen pada STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah ini mempunyai pekerjaan pokok
diluar kampus, karena gaji yang didapatkan pada STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah
ini sangat minim sehingga kebanyakan dosen-dosen mencari tambahan diluar
kampus, juga sebagian dosen yang mengajar pada STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah
berstatus pegawai negeri sipil pada instansi pemerintahan.
B.
Implikasi
Berdasarkan hasil dan kesimpulan peneliti, maka
dapat dirumuskan beberapa rekomendasi sebagai implikasi lebih lanjut untuk
dapat diterapkan dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya manusia pada STKIP
Muhammadiyah Aceh Tengah antara lain sebagai berikut:
1. Sebagai
salah satu perguruan tinggi yang ada di kota dingin ini, sudah seharusnya STKIP
Muhammadiyah Aceh Tengah dalam rangka meningkatkan kuantitas dan kualitas
tenaga dosennya harus memperhatikan dan melaksanakan proses manajemen sumber
daya manusia secara baik dan akurat, membenahi dan memperhatikan proses
perencanaan, rekrutmen, seleksi, pelatihan dan pengembangan secara objektif dan
rasional.
2. STKIP
Muhammadiyah Aceh Tengah harus memfokuskan pengelolaan sumber daya manusianya
untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Hal ini sangat
penting dilakukan oleh STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah karena, sumber daya
manusia sangatlah berpengaruh terhadap perkembangan dan kemajuan kampus
tersebut. Sehingga diharapkan sumber daya manusia ini dapat digunakan se-efektif
dan se-efisien mungkin karena hal ini dapat meningkatkan kualitas sumber daya
manusianya, memberikan kepuasan kerja, dan
akan menjadi sumber daya manusia yang handal dan profesional dan dapat
mengangkat nama baik STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah di tengah masyarakat, khususnya
masyarakat Dataran Tinggi Gayo.
B.
Saran-saran
Berdasarkan
hasil penelitian yang telah penulis laksanakan, peneliti mengajukan beberapa
saran antara lain sebagai berikut:
a. Ketua
STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah dapat lebih memperhatikan dan meningkatkan
kualitas strategi manajemen sumber daya manusia yang meliputi proses seleksi,
penempatan dan pembinaan sumber daya manusia dengan cara yang lebih akurat,
objektif, rasional serta mempertimbangkan keprofessionalan sumber daya
manusianya.
b. Ketua
Program Studi hendaknya selalu berusaha untuk lebih memperhatikan wewenang,
tugas pokok dan rasio dosen dalam menempatkan dan memberikan tugas mengajar
sumber daya manusianya.
c. Dosen-dosen
hendaklah selalu berusaha meningkatkan keprofesionalan masing-masing selain
untuk kepentingan sendiri juga mempertimbangkan kebutuhan lembaga untuk salah
satu persyaratan akreditasi. Dengan cara melanjutkan kejenjang yang lebih
tinggi (S2 dan S3) dan memilih bidang studi yan relevan dengan bidang studi
yang diajarkan, sehingga dapat menjamin kelancaran kegiatan akademik yang
diselenggarakan juga dapat digunakan oleh perguruan tinggi untuk persyaratan
peningkatan statusnya.
d. Pengurus
yayasan hendaknya memahami hasil penelitian ini dan menjadikannya sebagai bahan masukan dalam
rangka meningkatkan kualitas penyelenggaraan perguruan tinggi khususnya akademik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi (2010). Prosedur
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Barthos,
Basir (2009). Manajemen sumber daya
manusia: Jakarta. Bumi aksara
Darmadi,
Hamid (2011). Metode Penelitian
Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Fathoni, Abdurrahmat (2009). Organisasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Rineka Cipta.
Bangun ,Wilson (2012). Manajemen
Sumber Daya Manusia. Erlangga: Jakarta
Hamdani, ( 2011). Strategi Belajar Mengajar.
Bandung : Pustaka Setia.
Hikmat, (2009). Manajemen Pendidikan. Bandung : Pustaka Setia
Harun, cut zahri (2009). Manajemen Sumber Daya Manusia.Yogjakarta
: Pena Persada
Herawan, Hartini, (2012). manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Hasibuan, malayu,S.P (2008) Manajemen
sumber daya manusia. Jakarta: Bumi Aksara
Iskandar, (2009). Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada
Jusmaliani, (2011). Pengelolaan sumber daya insani. Jakarta : Bumi aksara
Moleong, Lexy, ( 2010). Metode Penelitian Kualitatif. Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Mahmud (2011). Metode Penelitian. Bandung: Pustaka Setia
Marwansyah (2010). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Alfabeta
Athoillah, Anton (2010). Dasar-dasar
Manajemen. Bandung: Pustaka Setia
Nasution, S (2006). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung, Tarsito
Notoatmodjo, Soekidjo (2009). Pengembangan Sumber Daya Manusia:
Jakarta: Rineka Cipta
Patilima, Hamid (2011). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:
Alfabeta
Purwanto, Ngalim (2009). Administrasi dan Supervisi Pendidikan.
Remaja Rosdakarya. Bandung
Rivai, Veithzal dan Sagala Ella Jauvani,
(2009). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan.
Jakarata, Rajawali Pers.
Satori Djam’an & Komariah Aan
(2013). Metodelogi Penelitian Kualitatif.
Bandung, Alfabeta.
Syaodih, Nana Sukmadinata (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung Remaja rosdakarya.
Syaodih, Nana Sukmadinata (2011). Metode Penelitian Pendidikan.Bandung: Remaja Karya.
Saebani, Ahmad (2008). Metode Penelitian. Bandung: Pustaka
Setia
Sadili, Samsuddin (2006). Manajemen Sumber Daya. Bandung : Pustaka Setia.
Sugiyono,
(2009). Metodelogi Penelitian Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, (2013). Metode Penelitian Kombinasi. Bandung : Alfabeta
Sugiyono , (2013). Cara Mudah Menyusun Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Bandung Alfabeta.
Siswanto, (2012). Pengantar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Siagain, Sondang (2012). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Bumi Aksara
Solihin, Ismail (2009). Pengantar Manajemen. Jakarta. Erlangga.
Suwatno dan Juni Priansa, Donni (2011). Manajemen Sumber Daya Manusia.Bandung: alfabeta.
Suwatno dan Yuniarsih, Tjutju. (2013). Manajemen sumber daya manusia. Bandung: Alfabeta
Usman, Nasir (2007). Manajemen Peningkatan Kinerja Guru. Bandung: Mutiara Ilmu
Usman,
Nasir (2011). Manajemen Peningkatan Mutu Kinerja Guru. Konsep, Teori,
dan Model. Bandung.: Citapustaka Media Perintis.
Usman , Husaini (2013). Manajemen
teori, praktik, dan riset Pendidikan. Jakarta Timur: Bumi Aksara
STRATEGI MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
STKIP MUHAMMADIYAH ACEH TENGAH
Nim : 1209200050088
Komisi
Pembimbing :
1. Dr.
Djailani AR, M. Pd.
2. Dr. Khairuddin, M. Pd.
ABSTRAK
Rekrutmen, penempatan dan pembinaan yang
sesuai dengan kompetensi dapat meningkatkan mutu sumber daya manusia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tentang proses rekrutmen,
penempatan dan pembinaan sumber daya
manusia pada STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data melalui observasi,
wawancara dan dokumentasi dan subjek penelitian adalah ketua, pembantu ketua I
dan II, ketua prodi dan juga dosen STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah. Hasil
penelitian mengungkapkan bahwa : (1) proses rekrutmen penerimaan tenaga dosen
STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah didasarkan pada penentuan kebutuhan, yakni
didasarkan kepada jumlah dosen, beban SKS, jumlah formasi dan jumlah mahasiswa,
kemudian melakukan tahap-tahap seleksi berkas, wawancara, dan pengambilan
keputusan, (2) proses penempatan tenaga dosen diserahkan sepenuhnya kepada
jurusan berdasarkan disiplin ilmu dosen baru, (3) pembinaan sumber daya manusia
STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah meliputi pengembangan dosen melalui
pertemuan-pertemuan ilmiah, penataran, lokakarya, bimbingan senior-junior, mengirim
dosen pada kegiatan pelatihan, serta memberikan kesempatan untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, (4)
hambatan yang dihadapi ketua STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah adalah masalah
pemberdayaan sumber daya manusia, kebanyakan dosen mempunyai pekerjaan pokok
diluar kampus dan berstatus PNS pada instansi pemerintah. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber daya manusia STKIP
Muhammadiyah Aceh Tengah belum terlaksana dengan baik. Hal ini terlihat
dari faktor hambatan
yang dihadapi sehingga dalam pelaksanaan strategi manajemen sumber daya STKIP Muhammadiyah
Aceh Tengah sulit dilaksanakan secara maksimal.
vii
|
PERNYATAAN
Dengan
ini saya menyatakan bahwa karya tulis ini dengan judul: “Strategi Manajemen
Sumber Daya Manusia STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah” ini, beserta seluruh isinya
adalah benar-benar karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan
atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika yang berlaku
dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko dan
sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian hari ditemukan adanya
pelanggaran atas etika keilmuan dalam karya saya ini, atau adanya kritikan
terhadap keaslian karya saya ini.
Banda
Aceh, 13 Oktober 2014
Yang
membuat pernyataan
Zuyyina
NIM
1209200050088
ii
|